Tahap Perkawinan Batak Toba
Tahapan-tahapan dalam Perkawinan Batak Toba menunjukkan pentingnya proses dan melibatkan banyak orang serta pengorbanan waktu dan dana. Inilah garis besar tahapan yang biasanya dilalui:
- Pertemuan Informal antara Kedua Keluarga: Biasanya dimulai dengan kunjungan keluarga calon pengantin pria atau utusan mereka ke keluarga calon pengantin wanita untuk mendekatkan keluarga dan menyampaikan niat. Tahapan ini juga dikenal sebagai Mangarisiki/Patua Hata/Marhori-hori Dingding/Marhusip.
- Upacara Perundingan Mahar: Dikenal sebagai Marhata Sinamot, biasanya dilakukan setelah acara Ikat Janji (Martumpol) di gereja bagi yang beragama Kristen Protestan dan diakhiri dengan pemberian tanda jadi (Pudun Saut).
- Pertemuan Persiapan Acara Pernikahan: Pihak keluarga calon pengantin pria dan wanita membahas persiapan pesta dalam pertemuan ini, yang juga dikenal sebagai Martonggo Raja/Marria Raja.
- Upacara Adat Perkawinan: Dimulai dengan Marsibuhabuhai, yaitu sarapan pagi bersama kedua keluarga pengantin dan berdoa di rumah pengantin wanita. Kemudian dilanjutkan dengan pemberkatan di gereja atau Pamasumasuon, dan kemudian upacara adat perkawinan (Marunjuk/Pesta Unjuk). Ketiga acara ini biasanya dilakukan dalam satu hari.
- Saling Kunjung Keluarga Pengantin: Kunjungan keluarga pengantin wanita ke keluarga pengantin pria disebut Tikkir Tangga, dan sebaliknya disebut Paulak Une. Kedua acara ini sering dilaksanakan secara simbolis setelah acara Marunjuk selesai, disebut sebagai Ulaon Sadari (Selesai dalam satu hari).
Saat ini, Ulaon Sadari lebih sering dilakukan karena lebih efisien dalam hal waktu, tenaga, dan biaya. Tahapan-tahapan ini menjadi landasan yang kuat dalam membentuk hubungan pernikahan yang berharga dalam budaya Batak Toba.