"Tortor Sipitu Gondang" ini senantiasa dilakukan dalam setiap memulai acara.
Tortor Mula-mula artinya tortor yang dilakukan dalam memulai atau mengawali aktivitas manortor dalam suatu acara.
Dalam pesta Horja ini Tortor Mula-mula adalah tortor pembukaan yang artinya berisi permohonan kepada Tuhan supaya segala sesuatu dapat berjalan baik dan lancar.
Tortor Mula-mula juga berarti bahwa manusia percaya bahwa segala sesuatu yang dimulai dengan baik akan berakhir dengan kebaikan pula, "marmula na uli marmula na denggan".
Manusia juga percaya bahwa semua yang ada di bumi ini pada mulanya ada kekuatan yang menciptakan yang disebut Debata Mula Jadi Na Bolon, dan semua hal itu akan mendatangkan tuah dan berkat bagi penyelenggara pesta (hasuhuton).
Gerakan Tortor Mula-mula ini diawali dengan gerakan mangurdot (gerakan lutut yang ditekuk lembut dan ditarik perlahan berulang-ulang), kemudian setelah diawali bunyi gondang, lalu diikuti suara melodi sarune dan saat itulah dimulai gerakan tangan seperti menyembah dan dirapatkan di depan dada.
Pada Tortor Mula-mula ini gerakan pria dan wanita adalah sama. Biasanya gerakan ini dilakukan dengan hitungan 3 x 8 hitungan atau 4 x8 hitungan.
Kemudian kedua tangan diturunkan dan diposisikan di perut (menutup tangan).
Gerakan panortor menentukan berhentinya bunyi gondang, karena apabila panortor menutup tangan di perut menandakan gerakan tortor telah selesai dilakukan dan otomatis pemain gondang akan menghentikan permainannya dan biasanya diikuti dengan gerakan melambaikan tangan oleh paminta gondang (yang meminta lagu gondang dibunyikan).
Lambaian tangan itu atau mengangkat tangan itu pemberitahuan bahwa tortor telah selesai.
Kemudian paminta gondang meminta kembali musik (gondang) dimainkan dan gerakan tortor pun kembali dilakukan.
Tortor Somba dilakukan untuk menyembah Tuhan (Debata Mula Jadi Na Bolon),
Harajaon (Pengetua adat), seluruh yang hadir di tempat pesta Horja (siloloan natorop). Posisi tangan menyembah sejajar dengan kening (menyembah Tuhan), kemudian bergerak berputar di tempat sambil menurunkan posisi tangan agak di depan dada (tujuannya untuk meminta restu dari seluruh yang hadir dalam pesta tersebut).
Tortor Mangaliat/Tortor Siuk-siuk dilakukan untuk menghormati dan menyayangi sesama manusia dan unsur gerakan tortornya jelas terlihat dalam wujud sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu.
Hasuhuton manortor berkeliling menyapa hula-hula dengan mengambil ulos dari pundaknya dan dikenakan ke bahu hula-hula dan menyapa boru dengan memegang dagu boru, demikian seterusnya berkeliling, kemudian bergantian pihak boru datang manortor berkeliling menyembah hula-hulanya, kemudian hula-hula memegang kepala boru yang artinya hula-hula memberkati borunya.
Tortor Sibane-bane mengandung makna doa permohonan kedamaian. Kedamaian artinya antara sesama keluarga, sesama yang bersaudara dalam satu garis keturunan maupun terhadap para tamu atau undangan yang hadir.
Gerakannya lebih bebas tangan digerakkan ke atas bahu, turun ke bawah kemudian melenggang lincah (embas) karena tortor ini melambangkan kegembiraan.
Para tamu membawa batang bambu yang diselipkan uang di antara buluh-buluh bambunya, kemudian dihentak-hentakkan ke atas sambil berjalan berkeliling sambil hasuhuton manortor dan di akhir bunyi gondang pihak undangan menyerahkan uang yang diselipkan di bambu kepada panitia (bere dari hasuhuton).
Tortor Parsaoran melambangkan persaudaraan atau kekerabatan yang baik dalam Dalihan Na Tolu.
Tortor ini dapat dikatakan juga sebagai tortor parsaroan yang artinya semua keluarga yang belum saling mengenal akan (marsaor) atau bergabung dan menyatu dengan semua peserta tortor.
Tortor ini mengharapkan kehidupan yang damai, tidak ada perselisihan dan doa permohonan mengharapkan kemakmuran.
Gerakan tortor ini lebih bebas, ada yang mengajak sesama adik kakak (haha-anggi) manortor, tetapi tetap harus diperhatikan dengan siapa dia boleh manortor dan dengan siapa yang tidak boleh (pantang) atau tokka.
Tangan melambai-lambai dalam gerakan marembas.
Tortor Simonang-monang melambangkan doa permohonan kemenangan dan gerakannya lebih lincah dan gembira.
Pepatah mengatakan “Talu maralo musu, monang maralohon dongan”. Kira-kira artinya kalah melawan musuh, menang melawan teman.
Artinya permusuhan itu akan berakhir dengan mengalah lebih dahulu.
Tortor Hasahatan adalah doa pengharapan kepada Tuhan dan seluruh yang hadir bahwa semua permohonan yang disampaikan dan diharapkan akan terkabul.
Hasahatan artinya sampai pada tujuan yang diharapkan, sedangkan Sitiotio artinya “bening” atau jernih, jelas dan terang (segala sesuatu yang dikerjakan atau yang diminta akan berhasil dengan baik sesuai yang diharapkan).
Tortor Hasahatan-Sitiotio disatukan di akhir permintaan membunyikan gondang.
Posisi tangan dirapatkan seperti menyembah di depan dada kemudian ujung ulos dipegang dan dikibaskan sebanyak tiga kali sambil menyerukan horas tiga kali. Itulah akhir dari aktifitas manortor setiap undangan yang hadir.
Urutan Artikel Lengkap Tortor Dalam Pesta Horja :
Sumber/Referensi :
SINAGA, Sannur D.F. 2012. Tortor Dalam Pesta Horja Pada Kehidupan Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Struktur Dan Makna. Medan. Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; MEDAN