Tortor dan gondang sebagai musik pengiring tidak dapat dipisahkan.
Tortor dilakukan pada saat gondang dimainkan, dan gerakannya dimulai dengan mendengarkan melodi Sarune (alat musik tiup dalam ensambel Gondang Sabangunan sebagai pembawa melodi).
Istilah gondang bagi masyarakat Batak Toba memiliki beberapa pengertian di samping sebagai kata yang berdiri sendiri maupun kata majemuk (berimbuhan sebagai perangkat alat musik, yakni gondang Batak.
Gondang Batak sering diidentikkan dengan Gondang Sabangunan atau Ogung Sabangunan dan kadang-kadang juga diidentikkan dengan Taganing (salah satu alat musik yang terdapat di dalam Gondang Sabangunan).
Hal ini berarti memberi kesan kepada kita seolah-olah yang termasuk ke dalam Gondang Batak itu hanyalah Gondang Sabangunan, sedangkan perangkat alat musik Batak yang lain, yaitu : dimana Gondang Hasapi tidak termasuk Gondang Batak.
Padahal sebenarnya Gondang Hasapi juga adalah Gondang Batak, akan tetapi istilah Gondang Hasapi lebih dikenal dengan istilah Uning-uningan daripada Gondang Batak.
Istilah gondang bagi masyarakat Batak Toba memiliki beberapa pengertian di samping sebagai kata yang berdiri sendiri maupun kata majemuk (berimbuhan sebagai perangkat alat musik, yakni gondang Batak.
Gondang Batak sering diidentikkan dengan Gondang Sabangunan atau Ogung Sabangunan dan kadang-kadang juga diidentikkan dengan Taganing (salah satu alat musik yang terdapat di dalam Gondang Sabangunan).
Hal ini berarti member kesan kepada kita seolah-olah yang termasuk ke dalam Gondang Batak itu hanyalah Gondang Sabangunan, sedangkan perangkat alat musik Batak yang lain, yaitu : Gondang Hasapi tidak termasuk Gondang Batak.
Padahal sebenarnya Gondang Hasapi juga adalah Gondang Batak, akan tetapi istilah Gondang Hasapi lebih dikenal dengan istilah Uning-uningan daripada Gondang Batak.
Pada tradisi musik Toba, kata gondang (secara harfiah) memiliki banyak pengertian. Antara lain mengandung arti sebagai :
- Seperangkat alat musik
- Ensambel musik
- Komposisi lagu (kumpulan dari beberapa lagu), (Pasaribu 1987). Makna lain dari kata ini, berarti juga sebagai menunjukkan satu bagian dari kelompok kekerabatan, tingkat usia; atau orangorang dalam tingkatan status sosial tertentu yang sedang menari (manortor) pada saat upacara berlangsung (Irwansyah, 1990) atau diikuti kata lain) dan sebagai kata-kata yang dipakai dalam kehidupan seharihari di luar peristiwa musikal.
- Seperangkat alat musik yang disebut tataganing atau gondang Batak
- Alat musik gendang yang disebut taganing
- Ensambel musik, yaitu gondang sabangunan dan gondang hasapi
- Komposisi atau lagu
- Beberapa komposisi lagu yang termasuk “satu keluarga” gondang berdasarkan perbedaan kecepatan atau irama lagu
- Suatu repertoar misalnya sipitu gondang dan panjujuran gondang
- Nama upacara seperti gondang mandudu, gondang saoan, dan
- Nama bagian dari upacara atau tingkatan kekerabatan, misalnya gondang datu, pengurason, gondang hula-hula atau gondang nihasuhuton (Hutasuhut, 1990:3-7).
Gondang dalam pengertian ensambel musik terbagi atas dua bagian, yakni Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) dan Gondang Hasapi (Uning-uningan).
Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi adalah dua jenis ensambel musik yang terdapat pada tradisi musik Batak Toba.
Secara umum fungsi kedua jenis ensambel ini hampir tidak memiliki perbedaan keduanya selalu digunakan di dalam upacara yang berkaitan dengan religi, adat maupun upacara-upacara seremonial lainnya.
Namun demikian kalau diteliti lebih lanjut, kita akan menemukan perbedaan yang cukup mendasar dari kedua ensambel ini.
Sebutan gondang dalam pengertian komposisi menunjukkan arti sebagai sebuah komposisi dari lagu (judul lagu secara individu) atau menunjukkan kumpulan dari beberapa lagu/repertoar, yang masing-masing ini bisa dimainkan pada upacara yang berbeda tergantung permintaan kelompok orang yang terlibat dalam upacara untuk menari, termasuk di dalam upacara kematian saur matua.
Misalnya: Gondang si Bunga Jambu, Gondang si Boru Mauliate dan sebagainya. Kata si Bunga Jambu, si Boru Mauliate dan Malim menunjukkan sebuah komposisis lagu, sekaligus juga merupakan judul dari lagu (komposisi) itu sendiri.
Berbeda dengan Gondang Somba, Gondang Didang-Didang dan Gondang Elek-elek (lae-lae).
Meskipun kata gondang di sini juga memiliki pengertian komposisi, namun kata somba, didang-didang dan elek-elek memiliki pengertian yang menunjukkan sifat dari gondang tersebut, yang artinya ada beberapa komposisi yang bisa dikategorikan di dalam gondang-gondang yang disebut di atas, yang merupakan ”satu keluarga gondang”.
Komposisi dalam “satu keluarga gondang”, memberi pengertian ada beberapa komposisi yang memiliki sifat dan fungsi yang sama, yang dalam pelaksanaannya tergantung kepada jenis upacara dan permintaan kelompok orang yang terlibat dalam upacara.
Misalnya: Gondang Debata (termasuk di dalamnya komposisi gondang Debata Guru, Debata sori, Bana Bulan, dan Mulajadi); Gondang Sahala dan Gondang Habonaran.
Gondang dalam pengertian repertoar contohnya si pitu Gondang. Si pitu Gondang atau kadang-kadang disebut juga gondang pargonsi (baca pargocci) Pargonsi: sebutan kepada semua pemain ensambel gondang sabangunan dalam tradisi Batak Toba.
Atau panjujuran Gondang adalah sebuah repertoar adalah reportoar/kumpulan lagu yang dimainkan pada bagian awal dari semua jenis upacara yang melibatkan aktivitas musik sebagai salah satu sarana dari upacara masyarakat Batak Toba.
Semua jenis lagu yang terdapat pada si pitu Gondang merupakan “inti” dari keseluruhan gondang yang ada.
Namun, untuk dapat mengetahui lebih lanjut jenis bagian apa saja yang terdapat pada si pitu gondang tampaknya cukup rumit juga umumnya hanya diketahui oleh pargonsi saja.
Lagu-lagu yang terdapat pada si pitu gondang dapat dimainkan secara menyeluruh tanpa berhenti, atau dimainkan secara terpisah (berhenti pada saat pergantian gondang).
Repertoar ini tidak boleh ditarikan.
Jumlah gondang (komposisi lagu yang dimainkan harus di dalam jumlah bilangan ganjil, misalnya: satu, tiga, lima, tujuh).
Kata gondang dapat dipakai dalam pengertian suatu upacara misalnya gondang Mandudu (“upacara memanggil roh”) dan upacara Saem (“upacara ritual”).
Gondang dapat juga menunjukkan satu bagian dari upacara di mana kelompok kekerabatan atau satu kelompok dari tingkatan usia dan status social tertentu yang sedang menari, pada saat upacara tertentu misalnya: gondang Suhut, gondang Boru, gondang datu, gondang Naposo dan sebagainya.
Jika dikatakan gondang Suhut, artinya pada saat itu Suhut yang mengambil bagian untuk meminta gondang dan menyampaikan setiap keinginannya untuk dapat menari bersama kelompok kekerabatan lain yang diinginkannya.
Demikian juga Boru, artinya yang mendapat kesempatan untuk menari adalah pihak boru, gondang datu, artinya yang meminta gondang dan menari dilakukan seorang datu (dukun) dan gondang naposo, artinya muda-mudi yang mendapat kesempatan untuk menari.
Selain kelima pengertian kata gondang tersebut, ada juga pengertian yang lain yaitu yang dipakai untuk pembagian waktu dalam upacara, misalnya gondang Sadari Saborngin yaitu upacara yang didalamnya menyertakan aktivitas margondang dan dilaksanakan selama satu hari satu malam.
Dengan demikian, pengertian gondang secara keseluruhan dalam satu upacara dapat meliputi beberapa pengertian seperti yang tertera di atas.
Pengertian gondang sebagai suatu ensambel musik tradisional khususnya, maksudnya untuk mengiringi jalannya upacara.
Upacara keagamaan maupun upacara adat adalah gambaran dari adat yang menuntun seluruh kehidupan Batak Toba (Manik, 1997:67).
Setiap pelaksanaan upacara keagamaan, upacara adat maupun hiburan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, selalu menggunakan gondang sebagai musik pengiringnya.
Aktivitas gondang disebut dengan margondang dan aktivitas tortor disebut manortor.
Margondang dan manortor ini dilaksanakan hampir di setiap aspek kehidupan masyarakat Batak Toba.
Hutasoit (1976:9) mengatakan: “Dipamasa do gondang i siala :
Ia namasuk tu pesta
(I) Ima akka las ni ro ha :
- Gondang tunggal
- Anak tubu
- Mamestahon jabu
- Manampe goar
- Mamestahon huta
- Partangiangan
- Harajaon
(II) (Ia namasuk Sibaran) ima akka dokdok ni ro ha :
- Papurpur Sapata
- Margondang akka na dangol
- Namonding
(III) (Ia namasuk) Mamele ima akka na porsea tu haporseaon najolo
- Mamele sumangot
- Mangongkal holi
- Mamele Pangulu balang
- Marmiak hoda
- Horbo Santi.”
(Artinya, bahwa kegiatan Margondang dilaksanakan karena :
- Pesta
- Kesedihan
- Membuat sesajen untuk menyembah roh-roh
Yang termasuk ke dalam (I) Pesta adalah yang berhubungan dengan kegembiraan:
- Pesta muda-mudi yang diadakan pada malam hari
- Pesta kelahiran anak
- Pesta memasuki rumah baru
- Pesta pemberian nama kepada anak
- Pesta peresmian kampung baru
- Pesta syukuran dalam suatu keluarga yang meningkat taraf hidupnya
- Pesta pengangkatan raja/pemimpin kampung.
Yang termasuk ke dalam (II) Sibaran adalah yang berhubungan dengan kesedihan :
- Upacara menebus dosa
- Upacara yang dilakukan sebagai permohonan supaya lepas dari kemiskinan dan penderitaan
- Upacara dalam kematian.
Yang termasuk ke dalam (III) Mamele adalah upacara yang berhubungan dengan kepercayaan leluhur atau nenek moyang:
- Upacara memberi sesajen dan memanggil roh nenek moyang
- Upacara penggalian tulang belulang leluhur
- Upacara untuk menghindarkan bencana
- Upacara mengelus/meminyaki kuda tujuannya dalam mengambil suatu keputusan
- Upacara pemberian sesajen (sajian) yaitu kerbau.
Dalam segala aktivitas tersebut gondang akan seiring dengan tortor seiring dengan tortor.
Reportoar lagu yang dibawakan pun adalah sama dengan nama tortor yang ditarikan.
Misalnya yang diminta atau dilakukan tortor mula-mula, maka yang dimainkan adalah gondang mula-mula, bila ditarikan tortor somba, maka yang dibunyikan adalah gonda somba demikian seterusnya.
Tortor tidak akan berlangsung tanpa iringan Gondang (meskipun ada beberapa lagu gondang yang dimainkan tanpa tortor, ini merupakan gondang yang dibunyikan sebagai doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yaitu sebagai pembuka upacara/acara/mengawali acara dan tidak boleh ditarikan atau ditortorkan).
Akan tetapi itu hanya merupakan gondang mengawali dimulainya upacara/acara yang disebut gondang Alu-alu tu Amanta Debata, Alu-alu tu siloloan natorop, Alu-alu tu harajaon.
Gerakan wanita : Dalam hitungan yang dilakukan pada setiap gerakan dapat dihitung x 8 (delapan) ketukan. Pada saat pergantian gerakan dilihat melalui ketukan gong (ogung oloan), sebagai pembawa ritmis dasarnya hitungannya 2 x bunyi ogung oloan tadi (hesek).
Dalam pergantian gerakan pertama yang dimulai dari tangan dibutuha (tangan di perut) hitungannya adalah 1 x 8 (terhitung sejak sarune berbunyi) meskipun hal ini tidak mutlak dalam 1 x 8 hitungan bisa saja menjadi 2 x 8 hitungan.
Setelah gerakan tangan dibutuha (yang dilakukan sambil mangurdot) dalam hitungan 2 x 8 atau 1 x 8 dimulailah gerakan marsantabi diparateatean (gerakan menyembah). Gerakan ini dihitung sebanyak 3 x 8 atau 2 x 8.
Kemudian dilanjutkan dengan gerakan membuka tangan (bukka tangan).
Pada saat bukka tangan ini mangurdot di tempat 1 x 8 hitungan dilanjutkan dengan gerakan ampe diabara sebanyak 1 x 8 hitungan juga dan bergerak ke kanan 1 x 4 hitungan kembali ke posisi semula 1 x 4 hitungan kemudian ke kiri 1 x 4 hitungan dan kembali ke posisi semula 1 x 4 hitungan.
Setelah itu gerakan udur juruk tu jolo sebanyak 3 x 8 hitungan dilanjutkan dengan gerakan margolomgolom masak dengan hitungan 3 x 8 (1 x 8 hitungan ditarik dari kanan, 1 x 8 hitungan ditarik dari kiri dan 1 x 8 ditarik dari kanan kembali).
Setelah itu dilanjutkan kembali kepada gerakan semula yaitu marsantabi diparateatean.
Demikian gerakan ini seterusnya diulang-ulang sampai hitungan 3 x hitung dari keseluruhan gerakan.
Kemudian terakhir gerakan tangan dibutuha (tangan di perut) yang menandakan gerakan tortor telah selesai dan salah seorang pemimpin tortor melambaikan tangannya kepada pemain musik (pargonsi).
Dengan demikian selesailah repertoar gondang ditarikan.
Gerakan laki-laki: Dimulai dengan bagian pertama tangan dibutuha dalam hitungan 2 x 8, kemudian gerakan mangaot-aothon tabina sebanyak 3 x 8 hitungan, dilanjutkan dengan gerakan marsantabi dibohina juga dengan 3 x 8 hitungan.
Setelah itu dilanjutkan dengan marnaek mijur huhut talak (tangan bergerak-gerak ke samping atau sisi badan bergantian).
Kemudian tangan diturunkan sebanyak 2 x 8 hitungan dan dilanjutkan dengan tangan diayun (2 x 8 hitungan dan diayun kembali sebanyak 2 x 8 hitungan) setelah itu kembali ke gerakan semula yaitu pada gerakan mangaot-aothon tabina (yang berakhir dengan gerakan tangan dibutuha).
Sumber/Referensi :
SINAGA, Sannur D.F. 2012. Tortor Dalam Pesta Horja Pada Kehidupan Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Struktur Dan Makna. Medan. Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; MEDAN