Pernikahan
Adat Batak Toba dimulai dari "
Marsibuha-buhai". Pihak keluarga laki-laki mendatangi rumah pihak perempuan untuk menjemput pengantin dengan membawa "
Tudu-tudu Sipanganon".
Setibanya pihak laki-laki di rumah pihak perempuan,
Raja Parhata pihak perempuan mengabarkan kepada dongan tubunya dan keluarga lainnya bahwa pihak laki-laki telah tiba dan akan memasuki rumah (maksudnya untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan pihak laki-laki).
Kemudian Raja Parhata pihak perempuan mempersilahkan masuk kerumah dan di sini pengantin perempuan menyematkan bunga kepada pengantin laki-laki.
Selanjutnya pihak laki-laki memberikan "Tudu-tudu Sipanganon" kepada pihak perempuan setelah selesai maka pihak perempuan memberikan "Dengke" kepada pihak laki-laki. Kemudian makan bersama dan berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberkati rencana Pesta Pernikahan tersebut. Setelah selesai acara makan, maka kedua pihak keluarga berangkat sama ke Gereja untuk melaksanakan "Pamasu-masuon Parbagason" putra-putri mereka.
|
Foto pernikahan upacara Batak Toba, Sumber :Ig MaronFoto |
A. Prosesi Memasuki Tempat Acara Adat
- Raja Parhata Pihak Laki-Laki meminta semua dongan tubu/semarganya bersiap-siap untuk menyambut dan menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang.
- Raja Parhata Pihak Perempuan memberitahukan kepada hula-hula, bahwa Suhut Pihak Laki-Laki sudah siap menyambut dan menerima kedatangan hula-hula.
- Setelah hula-hula mengatakan mereka sudah siap untuk masuk, Raja Parhata Pihak Perempuan mempersilahkan masuk dengan menyebut satu persatu, hula-hula dan tulangnya secara berurutan.
Urutan uduran (rombongan) :
1. Hula-Hula
2. Tulang
3. Bona Tulang
4. Tulang Rorobot
5. Bona Ni Ari
6. Hula-Hula Na Marhaha-Anggi
7. Hula-Hula Naposo / Parsiat.
Protokol hula-hula menyampaikan kepada rombongan hula-hula agar mereka bersama-sama masuk dan menyerahkan pengaturan selanjutnya kepada hula-hula.
Protokol hula-hula menyampaikan kepada rombongan hula-hula dan tulang yang sudah disebutkan Raja Parhata Pihak Perempuan pada point 3 bahwa sudah siap menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang dengan permintaan agar uduran hula-hula dan tulang memasuki tempat acara secara bersama-sama.
Untuk itu diatur urutan-urutan uduran (rombogan) hula-hula dan tulang yang akan memasuki ruangan. Uduran yang pertama adalah Hula-hula diikuti Tulang sesuai urutan yang disebutkan Raja Parhata Pihak Perempuan.
Menerima kedatangan Suhut Paranak. Setelah seluruh rombongan hula-hula dan tulang dari Suhut Parboru duduk, rombongan Raja Parhata Pihak Perempuan memberitahu bahwa tempat untuk Suhut Paranak dan uduruan sudah disediakan dan Suhut Parboru sudah siap menerima kedatangan mereka. beserta Hula-hula, tulang Suhut Paranak dan udurannya.
Raja Parhata Pihak Laki-Laki menyampaikan kepada dongan tubu bahwa sudah ada permintaan dari pihak perempuan agar mereka memasuki ruangan.
Raja Parhata Pihak Laki-Laki memohon sesuai permintaan hula-hula Suhut Parboru agar mereka masuk bersama-sama dengan Suhut Paranak. Untuk itu tata cara dan urutan memasuki ruangan di atur yaitu pertama adalah rombongan Suhut Paranak dan borunya di susul Hula-hula kemudian Tulang dan seterusnya.
Setelah pada tahap diatas maka dilanjutkan acara penyerahan "Tudu-tudu Ni Sipanganon" dan disini Raja Parhata pihak laki-laki memberitahukan kepada pihak perempuan bahwa mereka akan menyerahkan "Tudu-tudu Ni Sapanganon" dan disambut oleh Raja Parhata pihak perempuan untuk memberitahukan kepada pihak perempuan untuk mempersiapkan diri menerima "Tudu-tudu Ni Sipanganon" dari pihak laki-laki.
Tanda makanan adat yang pokok adalah : kepala utuh, leher (tanggalan), rusuk melingkar (somba-somba), pangkal paha (soit), punggung dengan ekor (upasira), hati dan jantung ditempatkan dalam baskom/ember besar dan disampaikan dengan bahasa adat (umpasa) yang intinya menunjukkan kerendahan hati dengan mengatakan walaupun makanan yang dibawa itu sedikit semoga makanan tersebut membawa manfaat dan berkat jasmani dan rohani hula-hula Suhut Parboru dan semua yang memakannya .
Dan penyerahan tersebut dipakai umpasa yaitu :
Sititikma si gompa, golang-golang pangarahutna. Tung songoni na hupatupa hami, sai godang ma pinasuna.
Kemudian disambut dengan bersama-sama mengatakan : “Hematutu”.
Setelah selesai pihak laki-laki menyerahkan "Tudu-tudu Ni Sipanganon", maka pihak perempuan membalas dengan memberikan "Dengke" kepada pihak lakilaki. Tata cara penyerahannya sama dengan penyerahan diatas. Aslinya ikan yang diberikan adalah jenis "Ihan" atau "Ikan Batak".
Sejenis ikan yang hidup di Danau Toba dan sungai Asahan bagian hulu dan rasanya memang manis dan khas. Ikan ini mempunyai sifat hidup di ari yang jernih (tio) dan kalau berenang / berjalan selalu beriringan (mudur-mudur), karena itu disebut : dengke sitio-tio, dengke simudur-mudur. Simbol inilah yang menjadi harapan kepada pengantin dan keluarganya yaitu seia sekata, beriringan dan murah rejeki (tio pancarian dohot pangomoan).
Tetapi sekarang ihan sudah sulit didapat dan jenis ikan mas sudah biasa digunakan sebagai penggantinya. Ikan mas ini dimasak khas Batak yang disebut "Naniarsik" yaitu ikan yang dimasak (direbus) dengan bumbu tertentu sampai airnya berkurang pada kadar tertentu dan bumbunya sudah meresap kedalam tubuh ikan tersebut.
D. Makan Bersama
Setelah kedua pihak saling memberi dan menerima seperti di atas, maka acara selanjutnya adalah makan bersama dan biasanya sebelum makan terlebih dahulu berdoa yang dipimpin dari pihak paranak karena makanan yang di bawa dari pihak laki-laki walaupun acaranya ditempat pihak perempuan.
Sebagai bahasa pengantar makan.
Di hamu Amanta Raja dohot hamu Inang Soripada songon hata natua-tua mandok : Sititikma sigompa , golang-golang pangarahutna, tung songoni na hupatupa hami , sai godang ma pinasuna
Kata "Jambar" dapat diartikan pembagian dari tingkatan masing-masing dari adat batak. Biasanya pembagian "Jambar" sudah diberitahukan pada saat acara "Marpudun Saut atau Martumpol" pada bagian-bagian mana yang akan diberikan kepada masing-masing pihak keluarga. Disini pihak perempuan memberikan bagian jambar untuk pihak paranak sebagai ulu ni dengke mulak.
Selanjutnya masing-masing suhut membagikannya kepada masing-masing fungsi dari pihak keluarganya.
Bagian-bagian yang perlu diberikan pada jambar adalah :
- Jambar hula-hula : Osang ma jambarmu Rajanami
- Jambar ni Tulang : Somba-Somba ma jambarmu Rajanami
- Jambar Bona Tulang, Bona ni Ari, Tulang rorobot, Hulahula namarhaha maranggi sahat tu hulahula ni anak manjae : sude ma somba-somba napinonggolan.
- Jambar hahadoli & anggidoli : Soit na bolon
- Jambar ni Boru dohot Bere : Parsanggulan Parsiamun
- Jambar di Punguan : Soit
- Jambar ni pariban Dongan Sahuta Ale-ale : Soit
- Jambar Pangula ni Huria
Arti harafiah tumpak adalah sumbangan dalam bentuk uang, tetapi melihat keberadaan masing-masing dalam acara adat mungkin istilah yang lebih tepat adalah tanda kasih. Yang memberikan tumpak adalah undangan Suhut Laki-laki yang diantarkan ke tempat Suhut laki-laki dengan memasukkannya ke dalam baskom yang telah disediakan dihadapan suhut sambil menyalami keluarga pihak laki-laki.
G. Acara Sambung Kata
Di sini saya pakai istilah sambung kata karena kedua pihak akan saling menyampaikan maksudnya sesuai dengan urutan acara adat yaitu di mulai dengan "Pinggan Panungkunan".
Pinggan Panungkunan adalah piring yang didalamnya ada beras, sirih, sepotong daging (
tanggo-tanggo) dan uang lembar. Piring dengan isinya ini adalah simbol untuk memulai percakapan adat.
- Raja Parhata Pihak Laki-Laki meminta seorang dari keluarga borunya mengantar Pinggan Panungkunan kepada Raja Parhata Pihak Perempuan
- Raja Parhata Pihak Perempuan menyampaikan telah menerima Pinggan Panungkunan dengan menjelaskan arti semua isi yang ada dalam beras tersebut. Kemudian Raja Parhata Pihak Perempuan mengambil 3 lembar uang itu dan kemudian meminta salah seorang borunya untuk mengantar piring tersebut kembal kepada Raja Parhata Pihak Laki-Laki.
- Raja Parhata Pihak Perempuan membuka percakapan dengan memulai penjelasan makna dari tiap isi pinggan panungkunan (beras, sirih, daging dan uang), kemudian menanyakan kepada pihak paranak makna tanda dan makanan adat yang sudah dibawa dan dihidangkan oleh pihak paranak.
- Akhir dari pembukaan percakapan ini, keluarga paranak mengatakan bahwa makanan dan minuman pertanda ucapan syukur karena semua dalam keadaan sehat dan tujuan pihak paranak adalah menyerahkan kekurangan mahar (Sinamot) dilanjutkan adat yang terkait dengan pernikahan anak mereka.
Dalam percakapan selanjutnya, setelah Raja Parhata Pihak Perempuan meminta Raja Parhata Pihak Laki-Laki menguraikan apa / berapa yang mau mereka serahkan, Raja Parhata Pihak Laki-Laki memberitahukan kekurangan sinamot yang akan mereka serahkan adalah sebesar Rp..... menggenapi seluruh sinamot Rp... (Pada waktu acara Marpudun Saut, pihak paranak sudah menyerahkan sebagian sinamot sebagai "Bohi Sinamot" (mendahulukan sebagian penyerahan sinamot di acara adat na gok).
Sebelum PR menyetujui , terlehih dahulu
Raja Parhata Parboru meminta nasehat dari Hula-hulanya dan pendapat dari keluarga borunya. Sesudah disetujui Suhut Parboru, selanjutnya Pihak Paranak menyerahkan kekurangan sinamot kepada suhut parboru.
H. Penyerahan Panandaion
Tujuan dari adat berupa Panandaion adalah untuk memperkenalkan keluarga pihak perempuan kepada pihak laki-laki dan ini biasanya dilakukan dengan menyerahkan berupa uang. Panandaion ini diberikan kepada 4 bagian yang disebut dengan patodoan atau "Suhi Ampang Na Opat" yang merupakan simbol pilar jadinya acara adat itu.
- Pamarai
- Tulang
- Simanggokhon
- Namboruna
Setelah adat berupa Panadaion, maka dilanjutkan dengan penyerahan "Tintin Marangkup".
Penyerahan ini berupa piring yang berisikan uang (bagian dari sinamot yang diterima) dan beras yang diserahkan kepada Tulang Paranak (saudara laki-laki dari ibu). Yang menyerahkan adalah orangtua pihak perempuan. Secara tradisi batak adalah anak perempuan dari saudara laki-laki ibu kita merupakan calon pasangan hidup dari anak laki-lakinya.
Tintin Marangkup ini merupakan simbol bahwa anak perempuan dari pihak perempuan merupakan anak perempuannya (boru) juga yaitu Tulang Paranak walaupun borunya bukan dari marga Tulang Paranak.
Dalam adat batak tradisi lama atau religi lama, ulos merupakan sarana penting bagi hula-hula untuk menyatakan atau menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya disamping ikan, beras dan kata-kata berkat.
Pada waktu pembuatannya, ulos dianggap sudah mempunyai "kuasa". Karena itu, pemberian ulos baik yang memberi maupun yang menerimanya tidak sembarang orang, harus mempunyai alur tertentu antara lain hula-hula kepada borunya, orangtua kepada anak-anaknya. Dengan pemahaman iman yang dianut sekarang, ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ulos sebagai simbol dalam pelaksanaan acara adat.
Ujung dari ulos selalu banyak rambutnya sehingga disebut "ulos siganjang/sigodang rambu" (rambu, benang diujung ulos yang dibiarkan terurai). Pemberian Ulos sesuai dengan maknanya :
- Ulos Pansamot diberikan orangtua pengantin wanita kepada orangtua pengantin pria
- Ulos Hela diberikan orangtua pengantin kepada pengantian
- Ulos "Suhi Ampang Na Opat"
- Pamarai ( Kakak / Adik dari Ayah pihak laki-laki )
- Simanggokhon ( kakak / adik pengantin pria )
- Namborunya (saudara perempuan dari ayah pengantin pria)
- Sihunti Ampang (kakak / adik perempuan dari pengantin pria)
Ulos "Holong" diberikan kepada pengantin dari keluarga Parboru/Partodoan :
- Pamarai (kakak / adik dari ayah pengantin wanita)
- Simandokkon (kakak / adik laki-laki dari pengantin wanita
- Namboru (Iboto / saudara perempuan dari ayah pengantin wanita-Pariban (kakak dari pengantin wanita)
Ulos dari Hula-hula / Tulang parboru :
- Hula-hula (saudara laki-laki dari ibu pengantin wanita)
- Tulang (paman / sepupu (lae) dari ayah pengantin wanita)
- Bona Tulang (paman / sepupu (lae) dari ayah pengantin wanita)-Tulang Rorobot (paman dari ibu pengantin wanita)
Ulos dari Hula-hula / Tulang paranak (sama seperti nomor 5 dari pengantin pria)
- Manggabei (kata-kata doa dan restu) dari pihak parboru berupa katakata ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terlaksananya acara adat dengan baik dan ucapan terima kasih kepada donga tubu dan hula-hula
- Mangampu (ucapan terima kasih) dari pihak paranak kepada semua pihak atas terlaksananya acara adat dengan baik.
- Mangolophon (mengaminkan) oleh tetuah / yang dituakan di kampung itu.
- Kedua suhut menyediakan piring yang berisikan beras dan uang kemudian diserahkan kepada Raja Huta yang mau mangolophon. Raja Huta berdiri sambil mengangkat piring tersebut dan menyampaikan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena acara adat terlaksana dengan baik dan mengucapkan : olop,olop,olop sambil menabur beras keatas dan kemudian membagikan uang tersebut.
- Dan akhirnya acara tersebut di tutup dengan Doa dan diakhiri samasama mengucapkan : Horas,Horas,Horas.
CATATAN :
1. Sekarang ini ada yang melaksanakan acara "Paulak Une" dan "Maningkir Tangga" setelah acara adat selesai dilaksanakan (setelah acara no 3 mangunjungi ulaon) yang disebut dengan "ULAON SADARI"
2. Bila terdapat kesalahan agar dimaklumi dan dapat diberikan sarannya untuk penyempurnaan dikemudian hari karena Penulis sedang belajar Kebudayaan Batak Toba khusus ada-adat perkawinan dan
orang meninggal (Sarimatua / Saurmatua)
Baca juga artikel lainnya :
Ijin bertanya..Siapa sebenarnya Tulang Rorobot..Apakah Tulang Istri namarulaon,arau Tulang nya ibu namarulaon..Mauliate.
Ijin bertanya..Siapa sebenarnya Tulang Rorobot..Apakah Tulang Istri namarulaon,arau Tulang nya ibu namarulaon..Mauliate.