Jenis ulos untuk Sampe-sampe ini dipakai dengan nama Ragi hotang.
Sampe-sampe untuk muda-mudi disebut Ratta-ratta atau Sengka-sengka.
Hohop-hohop adalah ulos yang dipakai (dililitkan) menutupi bagian dada ke pinggang. Jenis ulos untuk Hohop-hohop ini disebut dengan Si bunga ni ambasang.
Sabe-sabe adalah ulos yang dipakai (dililitkan) dari pinggang sampai ke mata kaki atau dililitkan seperti sarung. Jenis Sabe-sabe ini adalah Runjat.
Kemudian jenis ulos yang dipergunakan pria adalah Sabe-sabe. Sabe-sabe adalah ulos yang dililitkan dari pinggang sampai ke mata kaki atau dililitkan seperti sarung. Jenis Sabe-sabe untuk pria ini ada empat pilihan yang boleh dipakai yaitu Marinjamsisi, ragi pangko, ragi harangan, ragi huting.
Sedangkan tali-tali adalah ulos yang diikatkan di kepala pria dan jenisnya dinamakan Tumtuman, Padang ursa, Tutur tutur, dan Mangiring. Keempat jenis ini boleh dipergunakan.
Sampe-sampe (ulos yang diletakkan di bahu sebelah kanan) adalah Ragi hotang. Ulos ini dipakai tanpa busana apapun di bagian dalam tubuh yang dipakaikan ulos.
Artinya seluruh pakaian yang dipergunakan adalah ulos dan untuk pria bagian atas tubuh telanjang tidak memakai pakaian.
Berbeda dengan keadaan saat ini untuk wanita sudah memakai pakaian kebaya di dalam dan ulos dililitkan di luar pakaian. Ulos yang dipergnakan juga sudah yang dimodifikasi modern.
Untuk selendang sudah dipakai dari ulos yang dinamakan Sadum.
Sadum dipakai sudah memiliki banyak motif dan warna. Kini, sudah banyak yang memakai sarung dari ulos jenis Ragi idup.
Padahal menurut adat Batak Toba, ragi idup itu dipakai untuk tutup peti orang yang sudah meninggal dan ulos ini didapat dari kerabat yang kedudukannya sebagai hula-hula.
Ulos ini sering disebut sebagai Ulos Saput. Untuk pria sudah lebih sering memakai kemeja dan jas, kemudian ulos dililitkan di pinggang. Ada juga yang melilitkan sarung (seperti pada pesta Horja).
Tali-tali atau yang dipakai pria di bagian kepala sudah banyak yang dimodifikasi menjadi mirip seperti topi suku Melayu karena pemakaiannya lebih praktis dan banyak dijual di pasaran.
Untuk wanita aksesoris yang diikatkan di kepala yang berhiaskan emas dan ditempelkan di sehelai kain merah disebut dengan Sortali. Saat ini penggunaan Sortali sudah banyak diganti dengan imitasi.
Saat ini tortor banyak dilakukan dalam upacara pesta gereja (pembangunan gereja) dalam rangka mengumpulkan dana atau kegiatan kegembiraan (perayaan hari besar umat Kristen) khususnya Batak Toba.
Tortor yang paling sering kita jumpai saat ini adalah tortor dalam pesta perkawinan/pernikahan Batak Toba, pada upacara kematian Saurmatua, dan pada pesta horja (peresmian tugu).
Banyak masyarakat (khususnya yang sudah tua) menyatakan bahwa penggunaan tortor itu sudah mengalami banyak perubahan. Hal ini terjadi akibat masuknya kekristenan ke Tanah Batak, yang telah banyak membuat larangan-larangan mengenai penggunaan tortor dan gondang sabangunan.
Kalau dahulu kematian merupakan kutukan dan malapetaka, tetapi dengan masuknya kekristenan telah merubah pandangan masyarakat Batak Toba yang telah menganut ajaran agama Kristen yang mempercayai bahwa malapetaka sehingga saat ini tortor tidak/jarang dilakukan lagi untuk memuja roh-roh dan kekuatan-kekuatan alam seperti yang dilakukan sebelum era kekristenan, meskipun pemeluk aliran kepercayaan yang masih ada sampai sekarang ini masih tetap melakukan kegiatan ritual dengan tortornya, seperti aliran kepercayaan parmalim yang masih ada hingga sekarang.
Musik maupun repertoar yang dimainkan sudah lebih mendominasi lagulagu yang lagi tren (populer).
Dalam upacara religi alat musik dan teknik manortor masih menggunakan tata cara dahulu (tidak ada penggabungan ataupun dipengaruhi musik atau tarian zaman sekarang), tetapi dalam upacara adat sudah mulai dipengaruhi unsur-unsur masa kini, hal ini karena kehidupan masyarakat Batak Toba sudah banyak dipengaruhi kekristenan yang melarang melakukan upacara-upacara religi yang berhubungan dengan kepercayaan nenek moyang.
Sedangkan dalam upacara hiburan, unsur religi maupun adat sudah hilang sama sekali. Lagu-lagu yang dimainkan sudah beragam dari irama pop, dangdut, dan lain-lain.
Urutan Artikel Lengkap Tortor Dalam Pesta Horja :
Sumber/Referensi :
SINAGA, Sannur D.F. 2012. Tortor Dalam Pesta Horja Pada Kehidupan Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Struktur Dan Makna. Medan. Program Studi Magister (S2) Penciptaan Dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; MEDAN