Patung Sigale-Gale dari Tanah Batak Filosofi dari Anakkon Hi Do Hamoraon di Au
Sigale-Gale (Patung Sigalegale)
Patung Sigale-gale
Kenapa disebut sebagai patung Sigalegale ?
Tahukah teman-teman sibatakjalanjalan.com bahwa kata "Sigale-Gale" berasal dari kata "Gale" yang artinya lemah, lesu atau juga lunglai.Berdasarkan Legenda dan cerita rakyat yang pernah penulis www.sibatakjalanjalan.com dengar ada beberapa versi dari asal-usul patung Sigalegale ini.
Baca juga : Mangido Tuani Gondang dalam Pesta Horja dan Pantun (Umpasa) Dalam Maminta Gondang dalam Pesta Horja
1. Berasal dari cerita seorang wanita yang tidak memiliki keturunan bernama 'Nai Manggale'.
Dikisahkan, seorang ahli patung yang bertemu dengan sebatang pohon kayu di hutan, lalu mengukirnya menjadi patung seorang perempuan.Singkat cerita Nai Manggale menikah dengan Datu Partiktik namun akhirnya jatuh sakit dan tidak memiliki keturunan.
Dengan alasan tersebutlah patung Sigalegale dibuat sebagai tanda bahwa seseorang yang meninggal tanpa mempunyai anak, agar begu atau arwahnya tidak terkena siksa.
2. Dari kisah seorang Raja dan Putra Manggale yang gugur dalam pertempuran.
Dikisahkan bahwa seorang Raja yang daerah kekuasaannya sedang diserang oleh lawan mengutus anaknya sebagai seorang panglima perang untuk memimpin pasukan, namun amat disayangkan bahwa putra kesayangannya harus gugur di medan pertempuran.3. Dalam catatan Johannes Warneck dalam Warneck 1909,p. 108.
Yang merupakan seorang missionaris Jerman dalam pemaparannya di awal-awal abad 20, disebutkan bahwa seorang pria yang meninggal tanpa ada putranya yang masih hidup, kerabatnya akan mengadakan pesta dan membuat patung yang mirip dan menyerupai mendiang diberikan pakaian tradisional. dengan syal, hiasan kepala juga perhiasan emas.Asal-usul patung Sigalegale
Ada banyak cerita yang kemudian penulis dengar mengenai patung Sigalegale ini.Lebih jauh tentang Pemahat Patung Sigale-gale
Pada kisah kedua (2) sebelumnya dikatakan bahwa Datu yang mampu membuat patung menyerupai wajah Manggale meninggal dunia tidak lama setelah ia menyelesaikan patung itu.Hal ini memberikan suatu kepercayaan pada masyarakat Batak bahwa pembuat patung Sigale-gale harus menyerahkan jiwanya pada patung buatannya supaya patung tersebut dapat bergerak seperti hidup.