60+ Foto Sejarah KABANJAHE Tempo Dulu Berwarna - Kabupaten KARO Sumatera Utara
Kabanjahe
Penduduk asli Kabanjahe adalah suku Batak Karo atau akrab disebut sebagai Kalak Karo.
Hanya berjarak 10 KM dari kota Brastagi dan 76 KM dari pusat kota Medan yang tentu kota Kabanjahe masa kini menjadi alternatif pilihan liburan akhir pekan yang cocok untuk teman-teman sekalian.
Tak hanya menawarkan lingkungan yang jauh dari hiruk pikuk kota, teman-teman
sibatakjalanjalan akan disuguhi pemandangan hijau pegunungan nan sejuk yang
memberikan pengalaman suasana yang berbeda setelah seminggu sibuk di kota Medan.
Setidaknya ada dua gunung berapi aktif yang perlu teman-teman ketahui disini,
yakni Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak.
Untuk aktifitas camp dan aktifitas luar ruangan akhir pekan, sibatakjalanjalan fikir, Kabanjahe atau Berastagi memang layak untuk dijadikan pilihan.
Foto 1, Gubernur dari
‘Pantai Timur Sumatera’ dan Controller ‘Kabanjahe’ dalam satu kendaraan.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1900-1940.
Foto 2, ‘Sibayak’
dari Kabanjahe, saat acara menari.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1900-1940.
Dijelaskan oleh Reimy Sinulingga yang merupakan bagian dari keluarga besar tersebut, bahwa dua dari baris depan tersebut merupakan Sibayak Radja Kelelong Sinulingga (yang adalah penerus/pengganti dari Sibayak Lingga Pa Sendi) dan kemudian adiknya yang merupakan Sibayak Radja Imbang Sinulingga.
Foto 3, Perajin perak
dari Lingga di wisma tamu Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1900-1940.
Merujuk pada kata Lingga, kemungkinan merupakan sebuah desa yang berada di ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut dan berjarak 15 KM dari Brastagi dan 5 KM dari Kabanjahe yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Karo.
Foto 4, Rumah-rumah
di pedesaan, Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910.
Foto 5, Sekelompok
orang dengan barang bawaan di pedesaan, Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910.
Foto 6, Desa di
Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910.
Foto 7, Seorang
wanita dan dua anaknya, di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910.
Foto 8, Orang-orang
dengan suku Batak puak Karo yang menunggangi kuda.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910-1920. Tipe jenis kuda ini pernah SibatakJalanJalan.com baca
dalam beberapa artikel dan jurnal yang merupakan kuda yang sering di tunggangi
oleh orang-orang Batak.
Foto 9, ‘J T Cremer’
dan istrinya yang sedang berbicara dengan tetua/pemimpin orang dengan suku
Batak puak Karo di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910-1923.
J T Cremer sering membawa 1 (satu) atau lebih penerjemahnya saat melakukan kunjungan. Dan salah satu bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Melayu untuk berkomunikasi.
Foto 10, ‘J T Cremer’
dan istrinya yang sedang berbicara saat kunjungan ke sebuah desa di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910-1923.
Lalu bagaimana mereka berkomunikasi ? SibatakJalanJalan ketahui bahwa J T Cremer merupakan orang pertama dan penting dalam ‘Deli Maatschappij’ (perusahaan budi daya tembakau dengan konsesi untuk Kesultanan Deli di Sumatra pada saat itu) .
J T Cremer sering membawa 1 (satu) atau lebih penerjemahnya saat melakukan kunjungan. Dan salah satu bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Melayu untuk berkomunikasi.
Foto 11, Seorang anak
yang sedang memandikan kerbau-kerbaunya di sungai dekat Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910-1925.
Foto 12, Sekelompok
anak-anak di wisma desa mencari tukang emas yang dapat melelehkan perak, di
Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910-1923.
Foto 13, Seorang
pandai pembuat tali.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910-1930.
Foto 14, Seorang
wanita Batak puak Karo di ‘Ture’. Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910-1923. Sebagi informasi tambahan untuk teman-teman pembaca sibatakjalanjalan.com
ketahui bahwa ‘Ture’ merupakan bagian dari rumah adat orang karo yang
difungsikan semacam teras.
Foto 15, Geritan atau
Geriten di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1910-1930.
Geritan atau juga dikenal sebagai Geriten merupakan suatu bangunan kecil berbentuk rumah adat Batak
puak Karo yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan tulang-belulang raja,
petua/tua-tua adat, tokoh-tokoh masyarakat yang telah lama mati.
Adapun Geritan/Geriten untuk teman-teman sibatakjalanjalan ketahui didirikan di atas tiang-tiang pancang, dengan dinding papan dibagian atasnya dan memakai atp dengan ijuk.
Teman-teman pembaca dapat menemukan Geritan atau Geriten yang didirikan di dekat rumah kerabat pemilik dari tulang-belulang tersebut.
Foto 16, Sebuah
ukiran kayu di sebuah rumah, di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1918.
Foto 17, Para wanita
dan seorang pria yang sedang menyimpan beras di gudang/lumbung.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1918.
Foto 18, Kepala/pemimpin
masyarakat Batak puak Karo yang duduk bersama di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 19, Pengrajin
perak selama produksi/pembuatan lempeng telinga(Padong) di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 20, Permata dari
Negeri orang Karo dalam sebuah pameran di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Bagi teman-teman pembaca sibatakjalanjalan.com mungkin
bingung kenapa deskripsinya menjelaskan permata dari negeri orang Karo.
Namun
begitulah juga pada tahun 1914-1919. Orang-orang akan sulit menemui jenis
kambing dalam foto yang dikenal sebagai Bedar
.
Bedar merupakan jenis kambing hutan yang terdapat dalam hutan tropis pulau
Sumatera. Hewan ini masuk dalam daftar Appendices
I atau HEWAN YANG SANGAT LANGKA.
Ada perumpamaan menarik dalam masyarakat Batak puak Karo yang disebut seperti ini :
“Anak enda perkiamna pas bagi Bedar” .
Yang berarti seseorang yang dapat berlari sangat kencang seperti halnya seekor Bedar. Meskipun adanya perumpamaan tersebut, Bedar ini sangat jarang hingga tidak pernah ditemukan.
Namun kali ini teman-teman sibatakjalanjalan tidak akan menganggapnya sebagai mitos meski tidak pernah melihat Bedar langsung atau hanya mendengar nama Bedar saja Bukan ? J
Foto 21, Rumah
pemeriksa dan kantor di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 22, Atraksi tari
Batak puak Karo saat pameran di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 23, Atraksi tari
Batak puak Karo saat pameran di Kabanjahe 2.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 24, Atraksi tari Batak puak Karo saat pameran di Kabanjahe 3.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 25, Pameran kuda
di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 26, Pameran kuda
di Kabanjahe 2.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 27, Permainan
dadu di sebuah kampung di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 28, Beberapa
orang yang sedang berjualan daging anjing di pasar, Kabanjahe. Sumatera Utara.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 29, Parapenenun, di Kabanjahe. Sumatera Utara.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 30, Para pekerja
yang dipaksa mengerjakan pembangunan jalan antara Kabanjahe dan Lingga.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1919.
Foto 31, Peresmian
sekolah misionaris Kristen yang direnovasi dan dipindahkan ke Kabanjahe,
Sumatera Utara.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1921.
Foto 32, Perpaduan
antara kuda Cendana dan kuda Batak dalam sebuah pameran di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1914-1921.
Tahukah teman-teman sibatakjalanjalan.com bahwa kuda Cendana atau kuda Sandalwood
dengan nama latin Equus caballus yang
merupakan kuda khas Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan
kuda Batak yang diperkirakan berasal dari kuda Mongolia dan campuran Kuda Arab,
yang memiliki karakter berponi, jinak, mudah dikendalikan dan sangat
mengagumkan saat dipacu.
Warnanya bervariasi dari coklat, hitam dan putih.
LIHAT JUGA PACUAN KUDA SIBORONG-BORONG
Foto 33, Pasar di
Kabanjahe dan pemandangan latar Gunung Sinabung.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1918-1919.
Foto 34, Hotel Frisia
di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1920-1925.
Foto 35, Para wanita
penjual kain di pasar Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1920-1925.
Foto 36, Rumah dari
misionaris dan guru di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1920-1925.
Foto 37, Sebuah desa
di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1921.
Foto 38, Beberapa
wanita dalam foto di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1922.
Foto 39, Sebuah desa
di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1922.
Foto 40, Sebuah desa
di Kabanjahe 2.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1922.
Foto 41, Sebuah
Gereja yang dibangun oleh sebuah toko kayu ‘Batiren en Co’.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1925-1935. SibatakJalanJalan butuh knfirmasi dari teman-teman
sekalian, apakah bentuk Gereja ini mirip atau memang merupakan Gereja GBKP
Kabanjahe, terimakasih.
Foto 42, Sebuah
Gereja yang dibangun oleh sebuah toko kayu ‘Batiren en Co’ 2.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1925-1935.
SibatakJalanJalan butuh knfirmasi dari teman-teman
sekalian, apakah bentuk Gereja ini mirip atau memang merupakan Gereja GBKP Kabanjahe,
terimakasih.
Foto 43, Orang-orang
yang telah selesai beribadah dan meninggalkan Gereja di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1928.
Foto 44, Barak-barak
rumah sakit di ‘Batak Institute’, di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1928.
Foto 45, Seorang ‘Si
Mbelin’ menderita cacar berasal dari desa Deram di rumah sakit ‘Batak
Institute’, Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1928. Untuk teman-teman pemabaca perlu ketahui bahwa ‘Si Mbelin’
memiliki arti orang besar/berpengaruh dan berkuasa.
Foto 46, 5 orang
Batak puak Karo menderita gondok. Di rumah sakit ‘Batak Institute’.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1928.
Tahukah teman-teman pembaca sibatakjalanjalan.com bahwa rumah
sakit pemerintah di Kabanjahe didirikan atas inisiatif GG ‘Van Limburg Stirum’.
Dimana dana yang berasal di dapat dari berbagai hibah pemerintah dan bantuan dari Batak Institute di Leiden (Belanda) . Hingga tahun 1924 rumah sakit ini belum dibuka secara resmi.
Dan untuk daya tampung sekurang-kurangnya ada 900 orang pasien setiap tahunnya yang dirawat di rumah sakit ini. Untuk melakukan vaksinasi terhadap penyakit menular contohnya. Dimana pada jumlah pasien yang berkunjung dapat mencapai 3000 orang pertahun.
Selain ketersediaan bangsal umum
dalam rumah sakit ini, juga tersedia departemen penyakit menular seperti
disentri dan tipus. Oleh Tabib pemerintah ‘O Paneth’ dibantu 10 perawat dari
Eropa, dua puluh pembantu dari India dan Indonesia. Untuk gajinya bervariasi.
Ditulis oleh Report of the Batak hospital for the year 1924 O Paneh, zp, 1925 (CB: Br G 03-275) .
Foto 47, Potret dari
para Bidan dan Perawat dengan dua orang anak yatim di rumah sakit ‘Batak
Institute’. Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1928.
Foto 48, Controller
‘Van Liere’ menyematkan bintang perak pada ‘N Barus’.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1930. Seorang Controller/Pengendali , Mr. Van Liere menyematkan bintang perak kecil sebagai tanda ‘Faith and Credit’ kepada N Barus, kepala pemberi vaksin di
Karocountries.
Foto 49, Sekelompok
pemuda pada pembangunan menara air oleh toko ‘Batiren en Co’.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1930.
Foto 50, Sekelompok
pemuda pada pembangunan menara air oleh toko ‘Batiren en Co’ 2.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1930.
Foto 51, Sibayak
Radja Kelelong Sinulingga, anak dari Sibayak Lingga Pa Sendi.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1930-1940.
Foto 52, Seorang
wanita Batak Karo yang menggendong anaknya di rumah sakit ‘Batak Institute’.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1931.
Foto 53, Binatang
peliharaan di pasar Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1931.
Foto 54, Beberapa
anak dan orang dewasa Batak Karo.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1931.
Foto 55, Pemandangan
Danau Toba dari tempat dekat Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1931.
Menurut penulis sibatakjalanjalan.com, dari sudut
pemandangannya mungkin ini berada di Tongging. Tongging merupakan sebuah desa
yang berada di kawasan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
TENTANG SEJARAH DESA TONGGING BERWARNA TEMPO DULU
Foto 56, Lau Kawar,
dekat Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1931.
Lau Kawar berada di Kutagugung, Naman Teran, Kabupaten Karo.
Bagi SibatakJalanJalan, Lau Kawar ini bagai Danau Eksotis, teman-teman
sibatakjalanjalan dapat mengunjungi Danau ini sambil menikmati indahnya alam di
bawah kaki gunung berapi Sinabung.
Foto 57, Pasar di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1931.
Foto 58, Seorang
wanita yang memandikan bayinya.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1931.
Foto 59, Sebuah
perkumpulan asosiasi perempuan di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar tahun
1937.
Foto 60, Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1937.
Foto 61, Sebuah foto
dari Batakmuseum di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil sekitar
tahun 1938.
Foto 62, Saat perang
antara desa. Kabanjahe dengan Bunuraja. Sebuah bom (‘panuras’) ditembakkan
untuk membuat benteng terbakar.
Deskripsi : Foto ini diambil dengan
tahun yang belum terkonfirmasi.
Foto 63, Saat perang
antara desa. Kabanjahe dengan Bunuraja 2.
Deskripsi : Foto ini diambil dengan
tahun yang belum terkonfirmasi.
Foto 64, Upacara
persembahan makanan dari benih padi yang dikubur.
Deskripsi : Foto ini diambil dengan
tahun yang belum terkonfirmasi.
SibatakJalanJalan belum dapat mengonfirmasi
upacara yang dilakukan seperti apa, mungkinkah sebagai bagian dari apa yang disebut
“Pesta Tahunan”.
Namun disini penulis dan teman-teman sibatakjalanjalan dapat
melihat bahwa tampak jongkok dan duduk diatas tanah dan tampak lebih rendah
dari lainnya.
Salah seorang seperti akan mengubur/menanam sesuatu dalam
tangannya dan wanita satu lainnya seperti sedang berdoa dengan menutup mata.
Jika teman-teman sibatakjalanjalan memiliki informasi tentang kegiatan ini
silahkan berikan komentar atau saran. Terimakasih.
Foto 65, Saat perang
antara desa. Kabanjahe dengan Bunuraja 3.
Deskripsi : Foto ini diambil dengan
tahun yang belum terkonfirmasi.
Foto 66, Tukang kayu
dan tempat kerja mereka , ‘Si Batiren’ di Kabanjahe.
Deskripsi : Foto ini diambil dengan
tahun yang belum terkonfirmasi.
Foto 67, Kegiatan
menyiangi padi muda di sawah dengan cangkul.
Deskripsi : Foto ini diambil dengan
tahun yang belum terkonfirmasi.
Foto 68, Foto seorang
bernama ‘Pah Palita’, salah satu kepala sekolah di Sumatera dahulu.
Deskripsi : Foto ini diambil dengan
tahun yang belum terkonfirmasi.
Pah Pelita/Pa Pelita merupakan seorang Batak
Karo bermarga Purba yang juga adalah
Raja Urung Sepuluh Dua Kuta di
Kabanjahe, dibawah dari Sibayak Lingga.
Berbicara mengenai Kerajaan Karo tidak puas rasanya apabila hanya membahas
salah satu dari ke empat Kerajaan Karo yang terkenal dahulu.
Dan untuk itu
penulis sibatakjalanjalan akan berbagi informasi perihal Kerajaan Karo ini.
Jadi dahulu ada 4 Kerajaan Karo yang terkenal dan dikenal
yaitu Kerajaan Sepuluh Dua Kuta yang
didirikan merga Sembiring Pelawi, Kerajaan Urung Sukapiring yang
didirikan merga Karo Sekali atau Sembiring, Kerajaan Urung Sunggal yang didirikan merga Surbakti, dan Kerajaan Urung
Senembah yang didirikan merga Barus.
Demikian artikel sibatakjalanjalan.com kali ini tentang 60+ Foto Sejarah KABANJAHE Tempo Dulu Berwarna - Kabupaten KARO Sumatera Utara , jangan lupa untuk berkomentar, subscribe akun instagram-twitter-tumblr-youtube dan halaman Facebook sibatakjalanjalan.com ya teman-teman.
HORASSS...!!!