Horass..! Teruntuk teman-teman sekalian, SibatakJalanJalan.com harap
teman-teman berada dalam kondisi sehat walafiat serta diberi keberkahan dan
kasih senantiasa Yang Maha Esa saat ini.
SibatakJalanJalan ingin berbagi hal lain nih teruntuk teman-teman sekalian,
sebelum kita berfokus pada artikel .
Saat ini SibatakJalanJalan sedang membuka kolom Opini agar
teman-teman yang memiliki perspektif, ide atau bahkan gerakan sosial dapat
bersuara juga berbagi wawasan pada platform SibatakJalanJalan .
Mungkin
cukup untuk kalimat pembuka, SibatakJalanJalan akan lanjut diakhir
artikel.
Kepercayaan Terdahulu Orang Batak Toba Dan Penduduk Nusantara Lainnya oleh Jim Siahaan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius.
Manusia segera
mulai menyembah dewa-dewa begitu mereka menyadari dirinya yang begitu lemah di
tengah alam raya yang maha luas ini .
Mereka menciptakan karya-karya seni
budaya, demikian juga agama, dalam usaha untuk menemukan makna dan nilai
hidupnya di tengah kebahagiaan maupun beban derita yang terus dialaminya.
Homo religius adalah sebutan bagi manusia yang secara institusi telah menciptakan
mitologi dan ritual untuk peristiwa dalam kehidupan manusia itu.
Agama kemudian berkembang dan menempatkan satu Kekuasaan Tuhan, yang
kemudian disebut sebagai 'monoteis'.
Tetapi rupanya oleh berbagai faktor, terutama faktor kekuasaan, Tuhan
yang diyakini pada satu generasi, bisa saja menjadi tidak begitu bermakna, dan
tidak lagi diyakini bagi generasi berikutnya.
Ketika sebuah konsep tentang
Tuhan dalam lingkungan hidupnya yang baru menjadi menarik, konsep tentang Tuhan
sebelumnya menjadi kurang makna atau tidak lagi relevan. Konsep itu akan
diam-diam ditinggalkan untuk memeluk teologi baru tersebut.
Sebelum kedatangan agama-agama besar dunia seperti Budha, Hindu, Kristen
dan Islam, Manusia di Indonesia mengenal agama-agama sebagai sebagai bentuk
penghormatan kepada Sang Pencipta dan leluhur sebagai pengatur dan penyedia
kasih perlindungan yang kelihatan.
Keyakinan pada jamannya itu kemudian
meninggalkan jejak sampai datangnya agama-agama besar dunia.
Sekalipun demikian, agama agama baru itu tidak menghilangkan sama sekali
agama-agama atau kepercayaan Indonesia.
|
Sumber gambar : ceritamedan.com |
Di Batak Toba dikenal 'Habatahon'. Adat budaya Batak
mengenal nama Dewata atau Debata yang diyakini sebagai Kekuasaan
tertinggi Sang Maha Pencipta yang dipanggil dengan Ompu Mulajadi Nabolon
atau Debata Mulajadi Nabolon.
Disamping sebagai Debata Mulajadi Nabolon, KehadiranNya dikenal
juga dalam bentuk beberapa dewa lainnya yang bernama: Batara Guru, Mangala
Bulan, Mangala Sori, Debata Asiasi, Boraspati Ni Tano, Boru
Saniang Naga, roh-roh para leluhur dan berbagai macam jenis begu, arwah,
atau tondi.
Seluruh Sembahan ini diyakini melindungi mereka dari berbagai bentuk bahaya dan
malapetaka, dan menjamin tercapainya kekayaan 'Hamoraon',
kemuliaan 'Hasangapon', dan keberhasilan hidup 'Hagabeon'
yang merupakan skala keberhasilan hidup manusia Batak Toba.
Sehubungan dengan kuatnya unsur penghormatan dan berteladan kepada
leluhur itu, kepercayaan Batak Toba ini cenderung dikategorikan agama leluhur. Tetapi bila diperhatikan, karakter itu ditampilkan ditampilkan tidak saja di
Nusantara, tetapi juga pada seluruh agama yang ada di dunia.
Pusuk Buhit merupakan salah satu puncak perbukitan di pinggir barat Danau toba.
Berketinggian 1.982 mdpl (meter dari permukaan laut).
Pusuk Buhit juga menjadi panggung legenda lahirnya Suku Batak. Karena itu
bukit ini sakral dalam adat budaya masyarakat Batak.
Dalam kepercayaan Batak Toba 'Si Raja Batak' lahir disini, di kaki
gunung tersebut, yang dikenal dengan Desa Sianjur Mula-mula.
Pada masanya Si Raja Batak masih berhubungan dengan Yang Maha Pencipta di
kahyangan, Ompui Mulajadi Nabolon .
Karena itu Pusuk Buhit sering dijadikan sebagai tempat berdoa bagi
masyarakat sekitar, bahkan wisatawan luar Pulau Sumatera hingga luar negeri
juga tertarik untuk melakukan upacara ritual disini.
Banyak pengunjung memilih Pusuk Buhit sebagai tempat tujuan meditatif.
Hal itu didukung oleh keindahan dan ketenangannya, dengan panorama alam yang
pastoral, yaitu luas melegakan sekaligus mencengangkan.
Sepanjang rute terdapat berbagai objek-objek sejarah Batak seperti Puncak
Simullop, Desa Siboro, Rumah Persaktian Siraja Batak, Air Terjun Naisogop, Batu
Hobon, Perkampungan Siraja Batak Sigulatti, Batu Sawan, Aek Sipitu Dai, Boho
dan objek sejarah lainnya
Untuk mencapai Pusuk Buhit pengunjung menempuh jalur Desa Limbong.
Perjalanan melalui Desa Limbong ini merupakan jalur yang umum dilalui
masyarakat dengan tujuan beribadah.
Perjalanan menuju Pusuk Buhit biasa ditempuh sekitar 3-5 jam perjalanan.
Selama perjalanan, kebesaran dan keindahan alam raya seakan mempersiapkan jiwa
kita untuk mengerti betapa besar Sang Maha Pencipta
Batu-batu berukuran sangat besar menyumbang rasa misteri pada bukit ini.
|
Sumber gambar : wikimedia.org |
Masyarakat Minangkabau kuno di Nusantara
Masyarakat Minangkabau kuno juga mengenal 'Legenda Tambo'
Perjalanan Dapunta Hyang dari Tanah Basa sekitar lembah
Indus dan tiba pertama kali perbatasan Solok dengan Sawahlunto
Sijinjung.
Dapunta Hyang menginjakkan kakinya dikaki Gunung Merapi pada sekitar 250
tahun sebelum Masehi.
Di Sungai deras inilah tempat Dapunta Hyang dan rombongannya datang ke
Gunung Merapi. mengadakan pemujaan atau pusat persebahan, juga tempat bersemayam
di Minanga Tamwan, pertemuan dua binanga, sungai Kampar Kanan dan sungai
Kampar Kiri.
Di Jambi
Di Jambi sendiri, setiap jejak peradaban masih dikenal masyarakat. Baik
penghormatan terhadap Dewata, penghormatan yang masih menunjukkan corak
pengaruh Hindu.
Sehubungan dengan penghormatan terhadap Leluhur, di Jambi juga mengenal
tempat-tempat yang dihormati Rimbo Keramat, Rimbo Puyang, Rimbo
Ganuh. Atau sejarah kedatangan Leluhur sampai di Jambi, seperti berasal “Nenek
Semula Jadi”, "Datuk Perpatih Penyiang Rantau”.
Catatan tentang Jambi dapat dijumpai dari kitab Dinasti Liang dan
Dinasti Ming. Adanya utusan pada tahun 430 - 475 masehi. Catatan I-Tsing
yang mengunjungi Sriwijaya tahun 672 Masehi.
|
Sumber gambar : picuki.com |
Slamet Muljana
(Prof. Dr. Raden Benedictus Slamet Muljana) juga menyebutkan berita-
berita dari Arab yang mengatakan adanya Maharaja dari Zabag yang
dapat diidentifikasi sebagai Muara Sabak.
Atau dari berita China yang
mengatakan nama San-fo-ts’i sebagai kawasan penting dalam Sriwijaya saat
itu.
Pada Abad VI sampai awal abad XI, Pantai Timur Sumatera menjadi salah
satu pusat maritim jalur perdagangan nusantara, agama Budha menjadi
agama yang kuat dan mengakar.
Jejaknya masih dilihat Candi Muara Jambi.
Hancurnya Sriwijaya kemudian berhasil dilakukan oleh Kerajaan Majapahit
dengan eksepedi Pamalayu tahun 1275. Sedangkan Kerajaan Pagaruyung
kemudian dipimpim Adityawarman kemudian mengalami kejayaan.
Cerita tentang Mataram di Jambi dan Sumatera dapat dijumpai didalam
cerita-cerita rakyat seperti Marga Sungai Tenang, Marga
Senggarahan (Merangin).
Sedangkan di daerah Hilir Jambi, Marga Kumpeh hilir sudah
mengenal Islam.
CjF Briegmen didalam bukunya 'Enam Belas Tjerita Hikajat Tanah
Hindia' menyebutkan
“Soenggoehpoen Kabanjakan Orang Hindia
Sakarang soedah lama masoek islam, tetapi beberapa adatnja asalnya dari pada
agama jang lama itoe”.
Agama-agama yang dianut oleh penduduk Indonesia adalah perwujudan dari
sikap sebagaimana disampaikan oleh Karen Amstrong. Sebagai manusia “homo
religi”.
Manusia Indonesia sudah mengagungkan kebesaran Tuhan sehingga
penghormatan terhadap alam tetap terjaga dari generasi ke generasi.
Tentu masih banyak lagi catatan yang bercecer tentang agama-agama
Indonesia.
Baik karena belum tercatat, kesulitan untuk mendapatkan data hingga penganutnya
yang sudah mulai hilang. Setiap jejak adalah bentuk peradaban yang masih
dirawat dengan baik
|
Sumber gambar : gogoleak.wordpress.com |
Suku Sembilan di Rejang
Demikian juga Suku Sembilan di Rejang, tidak dapat dipisahkan
dari legenda atau sejarah Rejang.
Diceritakan, datanglah empat orang biku dari kerajaan Majapahit
yaitu biku sepanjang jiwo, Biku Bejenggo, Biku Bermano dan Biku Bembo.
Berkat kesaktian, keluruhan budi dan kebijaksanaannya, empat hulubalang
diminta untuk menetap dan menjadi pemimpin.
Keempat orang biku yang memimpin Petulai kemudian dikenal sebutan
Depati Tiang Empat.
Dalam bahasa Rejang kemudian dikenal Pat Petulai.
|
Sumber gambar : tirto.id |
Di Sunda Jawa Barat
Di Sunda Jawa Barat dikenal agama, penghayatan atau kepercayaan Sunda
Wiwitan.
Sunda Wiwitan terdiri dari dua kata. Sunda dan Wiwitan. Sunda
artinya bodas (putih, bersih, cahaya, indah, bagus, cantik).
Tetapi Sunda juga berarti etnis yang merujuk kepada komunitas bangsa. Dan Sunda
juga menunjuk kepada geografis yang mengajuk kepada wilayah Sunda Besar.
Sunda Wiwitan diyakini sebagai ajaran di masyarakat Sunda paling awal.
Sunda Wiwitan sama dengan Habatahon di BatakToba merupakan kepercayaan yang
hanya diturunkan untuk masyarakat Suku Baduy sebagai keturunan
pertama dari manusia pertama.
Selain Sunda Wiwitan, dikenal juga Ajaran Djawa Sunda. Pilar
Agama Djawa Sunda adalah “Pikukuh Tilu”.
Mereka menyebut Tuhan dengan sebutan "Gusti Sikang Sawiji-Wiji".
Kata Wiji artinya adalah inti, yaitu inti dari kelangsungan kehidupan di
dunia. Sebagai inti dari segala kehidupan, eksistensi Tuhan melekat pada setiap
ciptaan-Nya atau dengan kata lain inheren pada setiap entitas yang ada.
Ada juga Aliran Kepercayaan Jawa Sunda yang berpusat di Cigugur,
Kuningan. Ajaran ini disebut Madrais.
Mereka mengenal konsepsi Ketuhanan "Sangkan Paraning
Dumadi".
Yang ditandai dengan “Asaling Dumadi (asal mula
wujud), Sangkaning Dumadi (Darimana datangnya hidup), Purwaning
Dumadi (Permulaan hidup), Tataraning Dumadi (derajat atau martabat
manusia) dan Paraning Dumadi (Bagaimana dan kemana wujud berkembang).
Dalam prakteknya wajib menyembah kepada Guru, Ratu (kepala
Pemerintahan) dan kedua orang tua.
Memelihara tanah dengan bercocok
tanam.
Dilarang menentang adat.
Masyarakat mengenal Paguyuban adat sebagai 'Cara
Karuhun Urang'. Konsepsi peribadatan dilakukan dengan duduk, semedi,
berbaring, berdiri.
Ketiga agama Jawa Sunda menyediakan jalan bagi manusia untuk mencapai
derajat sebagai makhluk Tuhan yang dikenal “Pikukuh Tilu” seperti
Ngaji badan, Tuhu/mikukuh kana tanah.
Orang Baduy juga punya kepercayaan kepada Tuhan “Gusti Nu Maha
Suci Allah Maha Kuasa". Batara Patanjala merupakan
salah satu dari tujuh Batara Keturunan Batara Tunggal atau “Gusti Nu Maha
Suci Allah Maha Kuasa”.
Aturan adat Pikukuh yang diwariskan leluhur mereka turun temurun, dan
keyakinan ruh nenek moyangnya masih ada dan selalu mengawasi setiap perbuatan.
Ruh nenek moyang berkumpul di Sasaka Domas yang merupakan pusat
dari wilayah Baduy sekaligus menjadi kiblat bagi kepercayaan Baduy.
|
Sumber gambar : pangestu.id |
Di Semarang dikenal Ajaran Pangestu
Pangestu adalah singkatan dari "Paguyuban Ngesti
Tunggal" yang merupakan suatu organisasi sebagai wadah
berkumpulnya para anggota Pangestu.
Paguyuban Ngesti Tunggal berarti persatuan yang dijiwai oleh hidup rukun
dan semangat kekeluargaan dengan didasari permohonan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, untuk bersatu dalam hidup bermasyarakat dan dapat bersatu kembali dengan
Tuhan Yang Maha Esa
Pangestu sebenarnya bukan agama atau aliran kepercayaan.
Hal ini
dijelaskan dalam kitab Sasangka Jati bagian Tunggal Sabda, Jalan
Rahayu, Panembah dan Sabda penutup.
Oleh karena ajaran pangestu buka agama, aliran kebatinan maupun aliran
kepercayaan, maka anggotanya tidak lantas dianjurkan untuk meninggalkan
keyakinan lamanya.
|
Sumber gambar : qureta.com |
Di Tanah Jawa dikenal Kejawen
Masyarakat Jawa mempunyai
keyakinan bahwa manusia tetap mengalami ketergantungan dari kekuasaan adi
duniawi.
Manusia harus bisa menempatkan selaras dengan keinginan leluhur untuk
mempertahankan tradisi. Roh-roh leluhur yang berada disekitar harus
diperhatikan sehingga tidak kualat.
Kekuatan terbesar alam ini adalah Gusti Ingkang Murbeng Dumadi,
Gusti Ingkang Moho Kuwaos, dan lain sebagainya, sehingga wajar mereka
mengadakan sesajen ke tempat-tempat yang mereka anggap keramat, di pohon,
bukit, gua-gua atau bahkan membuat tempat tersendiri untuk menaruh sesaji
mereka.
Hubungan dengan Tuhan adalah hubungan yang mendasar, Manunggaling
Kawulo Gusti. Masyarakat harus selaras dan menyatu dengan alam, Netepi
Prataning Jagad.
Oleh karena itu maka diperlukan proses yang panjang serta harus melalui
syarat-syarat khusus.
|
Sumber gambar : 1001indonesia.net |
Ajaran Samin
Ajaran Samin dikenal di Blora, Bojonegoro, Pati,
Rembang, Kudus, Madiun, Sragen.
Dengan penghormatan dua tempat penting yaitu Desa
Klopodhuwur di Blora dan Desa Tapelan, Bojonegoro.
Masyarakat
kemudian mengenal daerah Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan.
Samin mengenal tiga prinsip yaitu “angger-angger"
yang terdiri dari angger-angger pangucap (hukum bicara), angger-angger
pertikel (hukum tindak tanduk), angger-angger lakonono ( hukum yang
perlu dijalankan)".
Pengikut Samin melakukan sembahyang dengan cara bersemedi selama 2 atau 3 menit
menghadap ke timur. Semedi dilakukan sehari 4 kali yaitu pagi jam 06.00, waktu
matahari terbit; jam 12.00 waktu matahari kulminasi; jam 18.00 waktu matahari
terbenam; dan jam 24.00 waktu tengah malam.
Semedi dilakukan dengan niat “ingsun wang wung durung dumadi konone namung
Gusti”, saya tidak ada belum diciptakan adanya hanya Tuhan.
|
Sumber gambar : rhajaranijewel.wordpress.com |
Di Bali
Di Bali mayoritas masyarakatnya adalah pemeluk Hindu, Tuhan
disebut dengan nama Hyang Widhi Wasa.
Namun demikian, dalam praktik
kepercayaan agama Hindu di Bali juga dikenal adanya pemujaan terhadap
dewa-dewa.
Praktik pemujaan ini sesungguhnya merupakan pemujaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam berbagai manifestasinya.
Tiga dewa utama yang selalu dipuja oleh orang Hindu adalah Brahma,
Wisnu dan Siwa, atau yang sering disebut Tri
Murti yang merupakan manifestasi "Hyang Widhi Wasa"
sebagai pencipta, pemelihara, dan pelebur.
|
Sumber gambar : bayusatriautama.wordpress.com |
Di Nusa Tenggara Barat dikenal Islam Wetu Telu
Ada tiga unsur penting dalam keyakinan penganut Wetu Telu yaitu :
- Rahasia atau asma yang mewujud dalam indra tubuh manusia
- Simpanan wujud Allah yang tersimpan dalam Adam dan Hawa
- Kodrat Allah adalah kombinasi 5 indra dan 8 organ yang diwarisi dari Adam
dan Hawa.
Apabila dilihat dari sisi historisnya, Wetu telu bukanlah
aliran kepercayaan, ia adalah penganut Islam yang sinkretik dengan adat lokal,
yang mempertahankan diri seiring arus pembaharuan oleh para tokoh agama di
Lombok.
|
Sumber gambar : liputan6.com |
Sedangkan di Nusa Tenggara Timur dikenal Marapu
Bagi masyarakat
Sumba kepercayaan Marapu dipandang sebagai agama asli masyarakat Sumba yang
diyakini, dipelihara, dan diwariskan dari generasi ke generasi secara turun-
temurun.
Karena itu, kepercayaan Marapu hingga kini masih hidup dan dianut oleh
masyarakat di Pulau Sumba, khususnya di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara
Timur.
Dalam kepercayaan Marapu, Tuhan disebut "Amawolu amarawi'
yang secara harfiah berarti yang membuat dan yang menciptakan.
Nama Tuhan tidak
boleh disebut, karena Tuhan berbeda dengan manusia biasa, karena Dialah yang
dikenal sebagai Wolutelu raibada (yang menciptakan manusia dan selain
manusia).
Penganut Marapu percaya adanya Dewa-Dewa yang hidup di sekeliling mereka
dan percaya bahwa arwah nenek moyang tetap hidup serta ikut menentukan
kehidupan masyarakat, sehingga mereka memperlakukan arwah nenek moyang secara
istimewa.
Perlakuan istimewa tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk pemberian
sesaji secara berkala yang dipersembahkan pada roh leluhur.
Keberadaan ruang Marapu di atap rumah sebagai tempat sesaji untuk para
Dewa juga merupakan salah satu contoh kongkrit adanya kepercayaan pada roh
leluhur.
Marapu dalam kaitannya dengan rumah adat dikaitkan dengan barang-barang yang
tidak boleh dilihat oleh orang biasa. Dalam suatu paraingu biasanya terdapat
pemujaan satu marapu ratu (maha leluhur), sehingga leluhur ini dipuja dalam
suatu rumah kecil yang tidak dihuni.
|
Sumber gambar : boombastis.com |
Di Kalimantan Tengah
Dikenal agama "Hindu Kaharingan".
Kaharingan adalah unsur-unsur kepercayaan dalam masyarakat Dayak. Suku Dayak
Ngaju merupakan suku asli paling besar di Propinsi Kalimantan Tengah.
Sebagian
besar masyarakat Dayak Ngaju tinggal di kampung-kampung di tepi sungai.
Agama Hindu Kaharingan merupakan suatu sistem kepercayaan, dan Kitab
sucinya dikenal sebagai Buku Suci Panuturan.
Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Hindu Kaharingan adalah Ranying
Hatalla Langit Jata Balawang Bulau.
Sidenreng Rappang, Sulsel
Pada kepercayaan Towani Tolotang di Kabupaten Sidenreng Rappang,
Sulsel, Tuhan disebut "Dewata Seuwae Yang Maha Esa" dan
juga bergelar Patotoe Yang Menentukan Nasib Manusia.
Selain menyembah kepada Dewata Seuwae, masyarakat Towani Tolotang juga
menyembah dewa-dewa lain.
Kekuasaan Tuhan digambarkan dari berbagai nama yang
dikenakan kepadanya antara lain
- Dewata Patotoe, Tuhan yang berkuasa
mengatur dan menentukan nasib dan takdir segala sesuatu
- La Puange, Tuhan yang memerintah
alam semesta
- Dewata Seuwae, Tuhan Yang Maha Esa
(Tunggal)
- To Parumpue, Tuhan yang melakukan
kehendaknya
- To Palanroe, Tuhan Yang Maha
Pencipta
- To Palingek-Lingeke, Tuhan yang menghilangkan nyawa manusia
- Dewata Seuwae Tekkeinang, Tuhan Yang
Maha esa tidak beribu dan tidak berayah
- Puang Mappancajie, Tuhan yang Maha Menjanjikan.
Beberapa tokoh pemimpin yang dikenal antara lain Dewata Mattunrue,
Aji Sangkuru Wirang To Palanroe LatogelangiBatara Guru, Ilati Wuleng Batara
Lattu, Sawerigading, La Galigo, dan lain-lain.
Mereka semua digambarkan memiliki kekuatan yang lahir dari keberdayaan
keagamaan.
Penduduk menerima dan mengikutinya sebagaimana yang digariskan oleh
kepercayaan leluhur mereka yang bersifat magis-religius.
|
Sumber gambar : twitter.com |
Di Papua
Kepercayaan pribumi dikaitkan dengan gerakan-gerakan
keselamatan, Kultus Kargo (cargo cult/agama pesawat) dan pandangan messianistic
yaitu pengharapan munculnya kebahagiaan dan kebebasan.
|
Sumber gambar : gurupendidikan.co.id |
Suku Asmat
Dalam hal kepercayaan, orang Asmat yakin bahwa mereka adalah
keturunan dewa yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di
belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap hari.
Menurut keyakinan orang Asmat, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di
bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan. Dalam perjalanannya turun ke
hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia
mengalami banyak petualangan.
Demikian artikel SibatakJalanJalan.com dengan judul "KepercayaanTerdahulu Orang Batak Toba Dan Penduduk Nusantara Lainnya" oleh Jim
Siahaan.
*. Tulisan ini telah mengalami penyuntingan dari artikel aslinya, silahkan
kunjungi profil atau sumber tulisan.
Jika teman-teman ingin mengirim artikel Opini dan menerbitkannya di situs
SibatakJalanJalan.com dapat melihat kriteria tulisannya pada artikel ini. Dan
juga informasi contact person atau orang yang dapat dihubungi.
Horasss...!!!