|
Gadis Batak Menari Tortor, Sumber gambar : Pinterest.com |
Ragam Pakaian Adat Batak: Merayakan Kekayaan Budaya yang Menawan
Mengenal Pakaian Adat Batak Toba: Elegansi dari Kain Ulos
Apa yang membuat pakaian adat Batak Toba begitu memukau? Mari kita jelajahi keindahan busana yang terbuat dari kain ulos. Pria memakai ampe-ampe dan singkot, sementara wanita mengenakan hoba-hoba dan haen. Aksesoris seperti bulang-bulang dan selendang ulos turut melengkapi penampilan. Ulos, dengan beragam jenisnya, menjadi pembeda pada setiap acara. Ulos ragi hotang untuk pesta sukacita, ulos simbolang untuk saat berduka, menghadirkan makna dan keindahan tersendiri.
Pakaian Adat Batak Karo: Warna Merah dalam Uis Gara yang Menggoda
Busana adat Batak Karo tak hanya serupa dengan Toba, tetapi juga memiliki keunikan. Uis gara, atau "kain merah," menonjolkan diri dengan warna merah yang mencolok. Hiasan benang emas dan perak menambah sentuhan mahal dan elegan. Meskipun dulunya digunakan sehari-hari, kini uis gara hanya bersinar pada upacara adat dan pernikahan, memberikan nuansa khusus dalam setiap momen.
Pakaian Adat Batak Mandailing: Ulos dan Kepala yang Berbeda
Pakaian adat Batak Mandailing turut memikat hati dengan penggunaan kain ulos yang unik. Perbedaan mencolok terletak pada lilitan ulos di bagian tengah badan dan hiasan kepala. Pria memakai ampu, hiasan kepala hitam yang khas, sementara wanita menggunakan bulang berhias emas. Bulang tak sekadar aksesoris, melainkan simbol kebesaran dan struktur masyarakat, menambah makna mendalam pada setiap pakaian adat.
Pakaian Adat Batak Simalungun: Keanggunan dalam Kain Hiou
Batak Simalungun membawa nuansa khas dalam pakaian adat mereka yang disebut kain hiou. Walaupun bentuknya mirip dengan Toba, kain hiou memiliki karakteristiknya sendiri. Hiasan kepala pria yang lebih tinggi dan lancip, bersama dengan warna dominan merah dan kuning emas, menciptakan kesan mewah dan penuh keberanian. Pakaian adat ini menjadi penanda identitas yang unik bagi masyarakat Simalungun.
Pakaian Adat Batak Pakpak: Baju Merapi-api yang Penuh Pesona
Pakaian adat Batak Pakpak, atau yang dikenal sebagai baju merapi-api, memikat dengan keanggunan warna hitam. Terbuat dari katun dengan desain Melayu yang khas, pria memakai celana hitam dengan sarung oles sidosdos, sedangkan perempuan memakai baju dengan hiasan api-api dan sarung melingkar di pinggang. Aksesori tambahan seperti penutup kepala, kalung, dan lainnya menambah pesona pada setiap penampilan.
Pakaian Adat Batak Angkola: Warna Merah dan Keanggunan Selendang
Batak Angkola, meskipun serupa dengan Mandailing, membawa sentuhan warna merah yang khas, terutama pada selendang wanita. Hiasan kepala wanita yang menggunakan bulang berwarna emas turut mempercantik penampilan. Pria, dengan penutup kepala bernama ampu, mengenakan mahkota khas yang dulunya digunakan oleh raja-raja. Warna hitam ampu mengandung unsur magis, sementara warna emas melambangkan kebesaran.
Melalui ragam pakaian adat Batak, kita tidak hanya menyaksikan keindahan busana, tetapi juga merayakan kekayaan budaya yang terkandung di dalamnya. Pakaian adat menjadi wujud identitas, makna, dan kebanggaan masyarakat Batak. Mari kita terus menghargai dan menjaga keberlanjutan warisan budaya ini.
1. Gondang Batak
Gondang Batak atau
Gondang. Berupa sekumpulan gendang
yang teman-teman sibatakjalanjalan dapat perhatikan terdiri dari Sarune, Taganing,
Hasapi, Garantung, Ogung, Hesek, Suling dan beberapa alat musik lain yang
biasa hadir dalam kegiatan upacara adat Batak Toba .
Gondang juga
dimaknai sebagai sarana/penghubung antara orang dengan suku Batak Toba dengan
Tuhan, dalam suatu agama yang disebut sebagai penganut Parmalim/Malim. Parmalim sesungguhnya
adalah agama asli dari suku Batak.
Namun dalam perkembangan zaman pada masa kini, kehadiran Gondang tidak dilupakan, melainkan semakin dilestarikan dalam upacara,
adat, ritual keagamaan, hiburan dan ungkapan penyampaian doa bagi Sang
Pencipta.
Ragam dari penggunaan Gondang
kemudian menghasilkan ragam makna pula, tergantung pada konteks dari acara
maupun kegiatan yang sedang dan akan dilakukan.
|
Gorga adalah salah satu seni pahat dan ukir dari tanah Batak, Sumber gambar : Pinterest.com |
Dikenal juga dengan Gorga Batak Toba. Gorga adalah suatu karya
seni ukir atau seni pahat dan ataupun keduanya.
Gorga Batak Toba biasanya dapat dengan mudah teman-teman pembaca SibatakJalanJalan.com temukan pada
bagian luar rumah /eksterior dari rumah adat Batak Toba (Rumah Bolon), namun
tidak menutup kemungkinan bahwa teman-teman akan menemui Gorga yang merupakan
karya seni ukir dan pahat ini dalam bagian dalam rumah/interior .
Tidak
hanya terbatas pada hiasan rumah saja, Gorga Batak Toba juga dapat ditemui pada
alat-alat kesenian adat Batak Toba. Seperti Taganing,
Sarune/serunai, Ogung, dan lain sebagainya.
|
Rumah Bolon dan hiasan Gorga Batak Toba, Sumber gambar : Pinterest.com |
Gorga Batak atau disebut Gorga,
pada masyarakat umum dikenali sebagai corak maupun motif.
Untuk menghasilkan karya seni Gorga Batak Toba dilalui proses pahat dan ukir, adapun
tambahannya maka dilakukan dengan teknik lukisan. Warna dasar yang digunakan
adalah 3 (tiga) warna berikut : merah, hitam dan putih.
Pada masa lalu, mungkin seni
Gorga hanya dilakukan pada media kayu sebagai penambah dekorasi interior (dalam
ruangan) dan eksterior (luar ruangan) pada umumnya.
Namun pada masa kini media
yang digunakan semakin beragam. Seperti contohnya adalah bahwa teman-teman
dapat menemukan relif ini diukir dan dilukis pada media semen pada rumah-rumah
adat Batak, lalu kemudian dicat dengan 3 (tiga) warna, tentunya merah, hitam
dan putih.
|
Orang-orang yang sedang menari Tortor, Sumber gambar : Pinterest.com |
Tortor Batak Toba pada masa kini
merupakan tarian seremonial. Namun menurut runut sejarahnya maka tarian ini
dapat diklasifikasikan merupakan tarian purba.
Tarian Tortor sendiri berasal
dari Batak Toba. Meliputi daerah-daerah berikut : Tapanuli Utara, Humbang
Hasundutan, Toba Samosir, Samosir dan tidak menutup daerah sekitar lainnya.
Tari Tor-tor atau menari Tor-tor
biasanya dilakukan dengan iringingan Gondang
. Untuk mengenal tarian purba ini maka anda akan menemukan hal-hal yang lebih
dari sekedar gerakan-gerakan semata.
Penting teman-teman sibatakjalanjalan.com ketahui bahwa banyak
makna yang tersaji dalam tarian tersebut. Salah satunya adalah sebuah bentuk
komunikasi dalam upacara adat Batak Toba, dilakukan oleh tuan rumah atau
dikenal dengan Hasuhutan kepada
seluruh partisipan upacara.
Adapun nama salah satu tari Tortor
yang harus dilakukan sebelum upacara adat dinyatakan secara terbuka adalah bahwa
pihak Hasuhutan/tuan rumah melakukan tari
Tortor yang disebut sebagai Tua ni
Gondang .
Dan untuk melakukan Tortor
Tua ni Gondang, maka pihak Hasuhutan harus terlebih dahulu meminta kepada
penabuh Gondang untuk memainkan alat
musiknya. Itupun dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku juga harus dengan
sopan dan santun.
|
Orang dan Ulos Batak, Sumber gambar : Pinterest.com |
Ulos atau kain Ulos merupakan salah satu busana
khas budaya Batak yang menjadi kebanggan Indonesia. Adapun Ulos secara turun-temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak di
Sumatera Utara.
Warna pada Kain Ulos
pada umumnya memiliki warna dominan merah, hitam dan putih. Sama seperti warna
dasar dari Gorga. Namun kain Ulos memiliki warna khusus tambahan, biasanya dihiasi
dengan ragam warna benang emas maupun perak.
Pada masa dulu Ulos
atau Kain Ulos ini dikenakan sebagai
selendang maupun sarung, namun seiring perkembangan zaman membuat Kain Ulos ini semakin menarik karena dapat
menjadi salah satu sovenir/buah tangan dari tanah Batak dan sekitarnya.
Dapat berupa tas, pakaian, alas meja, dasi, dompet, ikat
pinggang dan bahkan sarung bantal.
Adapun penggunaan Ulos
pada zaman dulu tidak hanya sekedar digunakan dalam upacara adat saja. Pemberian
Ulos dapat dilakukan/diberikan kepada
seorang ibu yang sedang mengandung agar senantiasa dilindungi dari mara bahaya
saat proses persalinan/dipermudah pada saat melahirkan sang calon bayi ke
dunia.
Suku Batak, Populasi,
Kepercayaan dan Sumatera Utara
Suku Batak merupakan rumpun suku yang mendiami sebagian
besar wilayah bagian Utara Sumatera.
Luas wilayah Sumatera Utara setidaknya memiliki populasi
kurang lebih 8.500.000 (delapan juta lima
ratus ribu) orang. Dimana jumlah
tersebut mendiami lebih kurang seluas 72.981
km2(tujuhpuluh dua ribu
sembilan ratus delapan puluh satu kilometer persegi).
Beberapa kepercayaan
tradisional lainnya juga turut andil dalam bagian kecil lainnya, yaitu tradisi Malim atau dikenal juga dengan Parmalim dan kepercayaan Animisme ( adalah kepercayaan kepada
makhluk halus, roh-roh dan benda-benda yang memiliki jiwa; contohnya adalah
pohon, batu besar, gua dan sebagainya). Khusus untuk penganut ajaran Parmalim dan Animisme, penganut ajaran tersebut saat ini sudah mulai berkurang.
Sebelum suku Batak Toba menganut ajaran agama Kristen
Protestan, suku Batak sendiri memiliki sistem kepercayaan dan religi mengenai Mulajadi na Bolon, yang merupakan
pemilik kekuasaan di atas langit dan kekuasaanNya sendiri terwujud dalam
sebutan Debata Natolu.
Dalam perihal jiwa dan roh dalam suku Bangsa Batak Toba, ada
3 (tiga) konsep yang menyangkut hal tersebut. Yaitu adalah sebagai berikut :
|
Kumpulan Orang Batak zaman dahulu, Sumber gambar : Pinterest.com |
1.
Tondi/Tendi,
adalah jiwa dan atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, sehingga tondi memberikan nyawa kepada manusia
(suku Batak). Tondi ini sendiri, sudah
dimiliki seseorang saat dalam janin/kandungan. Dan apabila tondi meninggalkan tubuh seseorang, maka orang tersebut akan sakit
dan atau meninggal. Adapun hal yang kemudian dilakukan adalah dengan mengadakan
upacara mangalap(menjemput) tondi dari sombaon(sesuatu) yang menawan tondi
tersebut.
2.
Sahala,
adalah jiwa dan atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang
keturunan suku Batak memiliki tondi,
tapi tidak dengan semua orang dengan keturunan suku Batak memiliki apa yang
disebut dengan Sahala. Sahala atau Sumanta, yang adalah merupakan tuah dan atau kesaktian yang
dimiliki para raja dan atau hula-hula suku Batak.
3.
Begu, adalah tondi dari orang Batak yang telah meninggal, yang memiliki tingkah
laku yang sama dengan tingkah laku manusia. Begu
sendiri hanya muncul di waktu malam.
Padahal sebelumnya sudah menjelaskan
agama-agama yang dianut suku Bangsa Batak pada masa kini, seperti agama Kristen
Protestan, Kristen Katolik dan Islam.
Penulis SibatakJalanJalan ingin teman-teman
pembacapun mengerti, dan memahami bahwa pentingnya sejarah bagi kita (saya dan
teman-teman pembaca), karena meskipun suku Bangsa Batak sudah menganut agama
Kristen dan berpendidikan tinggi, namun religi atau kepercayaan dan sejarah
kami adalah hal-hal yang berharga untuk dapat diketahui tidak hanya untuk
kalangan suku Bangsa Batak saja, namun seluruh dunia dan manusia. Sama
berharganya sebagaimana kami menjunjung tinggi Marga kami.
Ada yang
menarik mengenai teori sejarah asal usul suku Bangsa Batak pada awalnya, beberapa
teori yang SibatakJalanJalan.com rasa menarik, dan perlu teman-teman pembaca
SibatakJalanJalan ketahui adalah bahwa diantara teori ini ada yang mengatakan suku
Bangsa Batak berasal dari Pulau Formosa (Taiwan), ada yang mengatakan bahwa
suku Bangsa Batak berasal dari Indochina, berasal dari Mongolia, berasal dari Mizoram
dan suku Bangsa Batak disebutkan merupakanbagian dari Sepuluh suku yang hilang
dari Israel.
HORAS, SALAM KHAS
SUKU BATAK
Sangat akrab dan sangat mudah diucapkan “Horas, lae..”,
“Horas kak, Horas bang ...”. Pengucapan kata “Horas” selalu identik dengan suku
Bangsa Batak.
Semua puak suku Batak akrab dengan Horas
dan Batak.
Horas memang benar adalah bagian dari kalimat salam suku
Bangsa Batak, adapun hal selengkapnya yang teman-teman SibatakJalanJalan
ketahui tentang perbedaan pengucapan kata Horas ini adalah sebagai berikut :
1.
Batak Toba “Horas
Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
Menjadi
bagian dari suku Bangsa Batak tidak selalu bahwa anda harus memiliki garis keturunan/genealogi suku Bangsa Batak.
Ada sebuah
pilihan untuk teman-teman yang dengan suku di luar suku Batak untuk dapat menjadi
bagian dari kami, suku Bangsa Batak.
Yaitu dengan cara Sosiologis, seperti yang
dituliskan pada kalimat pembuka artikel ini.
Sosiologis dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan melakukan perjanjian marga/padan dengan marga tertentu dan
atau pernikahan dengan seseorang dengan suku Bangsa Batak.
Ada sebuah falsafah dalam bahasa
Batak Toba yang dapat teman-teman SibatakJalanJalan jadikan pegangan hidup dan
atau motivasi dalam lingkungan.
“Jonok dongan partubu, jonokan do dongan parhundul”
Yang artinya adalah agar kita
selalu senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman
terdekat.
Hal yang umum kemudian adalah
bahwa dalam pelaksanaan adat Batak, penulis SibatakJalanJalan melihat bahwa
sangat penting untuk terlebih dahulu mencari orang-orang yang dengan satu marga
dengan diri anda sendiri terlebih dahulu.
Mengapa ? karena dapat
menjadi bagian penting dalam menuntun hal-hal apa yang harus anda lakukan dan
sebagai pemberi referensi masukan bila anda sedang akan mengadakan sebuah acara
adat. Tetap ingat falsafah Batak Toba diatas ya teman-teman SibatakJalanJalan,
bahwa tetanggapun tidak boleh terlupakan dalam pelaksanaan adat, dan juga
bagian penting dalam bermasyarakat. Bahkan dengan tetangga yang berlaianan suku
sekalipun.
|
Sepasang Muda-Mudi suku Batak, Sumber gambar : Pinterest.com |
Adapun falsafah lainnya dalam suku Bangsa Batak Toba untuk
mengatur struktur dan sistem bermasyarakat adalah Dalihan na Tolu yaitu :
“Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru”
Yang adapun artinya adalah
sebagai berikut :
1.
Hula-hula/Mora,
adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula menempati tempat yang paling
dihormati dalam adat-istiadat dan maupun dalam pergaulan orang dengan semua
suku Batak. Pesan ini bahkan mendapatkan kata penekanan bahwa seorang dengan
genealogi dan atau sosiologis suku Batak harus hormat (atau dikenal dengan kata
“Somba”) kepada Hula-hula. Diwujudkan dalam Somba Marhula-hula.
2. Dongan Tubu/Hahanggi dikenal pula dengan sebutan Dongan Sabutuha yang adalah merupakan saudara laki-laki yang dengan
satu marganya. Dongan Tubu dan Dongan Sabutuha secara harafiah dalam bahasa
Indonesia berarti mereka yang dengan satu marga lahir dari perut yang sama.
Sedemikian dekatnya falsafah ini sehingga diharapkan tidak ada pertikaian
diantara seseorang dengan orang yang satu marga dengan dirinya. Orang Batak
sering digambarkan seperti sebuah pohon, pohon yang satu dengan pohon yang
lainnya yang saling berdekatan, pohon ini bisa saja dapat saling menopang,
meskipun terkadang saking dekatnya pohon ini dapat mengakibatkan
gesekan-gesakan antar pepohonan. Namun bagi teman-teman SibatakJalanJalan yang
sedang dalam kondisi ‘mengalami gesekan’ atau sebagai tambahan wawasan saja,
tetaplah ingat bahwa hubungan semarga dan suku Bangsa Batak difilosofikan
sebagai air dan pisau. Berapa kalipun anda coba membelah air namun air akan
tetap bersatu. Ungkapan bijak ini tidak hanya untuk yang semarga saja,
namun untuk keseluruhan dan pegangan hidup. Diwujudkan dalam kalimat Manat Mardongan Tubu.
3.
Boru/Anak
Boru, jika suatu kelak anda menikah dan atau sudah menikah maka anda akan
dan telah memiliki Boru. Boru adalah sebutan untuk anak perempuan
dalam bahasa Indonesia, namun SibatakJalanJalan fokuskan dalam falsafah Batak
Toba kali ini adalah keluarga dari Anak
Boru tersebut, yang adalah pihak keluarganya. Boru menempati posisi sebagai
‘parhobas’ atau yang berarti pelayan dalam adat-istiadat dan pergaulan
sehari-hari. Namun bukan berarti anda boleh memperlakukan semena-mena,
melainkan pihak Boru harus diambil
hatinya dan dibujuk. Diwujudkan dalam kalimat Elek Marboru.
Perlu
diingat ! Tidak ada Kasta dalam
sistem kekerabatan suku Bangsa Batak. Sistem dari Dalihan na Tolu yang penulis sebutkan diatas bersifat kontekstual.
Semua masyarakat Batak akan mengalami peran menjadi Hula-hula, menjadi Dongan Tubu dan menjadi Boru.
Dan anda harus juga mampu menempatkan diri secara konstektual tentunya.
Sehingga tatanan hubungan berkerabat dalam adat-istiadat masyarakat suku Bangsa
Batak harus berperilaku seperti ‘Raja’.
Raja
yang dimaksudpun bukan seseorang yang berkuasa, melainkan dapat berperilaku dan
besikap baik (lebih kearah bijaksana/bisuk)
sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan suku Bangsa Batak.
Maka setelah
penjelasan SibatakJalanJalan mengenai hal tersebut akan menjelaskan pada para
pembaca mengapa sering dalam pembicaraan adat juga acara adat-istiadat selalu
menyebutkan “Raja ni Hulahula, Raja ni
Dongan Tubu dan Raja ni Boru”.
Falsafah
mengenai Dalihan Na Tolu tidak hanya
milik Batak Toba saja, adapun falsafah dan sistem kemasyarakatan dalam puak
Batak lainnya adalah perbedannya hanya dalam bentuk katanya saja, namun
memiliki arti dan makna yang sama.
1.
Batak Simalungun. Tolu Sahundulan : “Martondong Ningon Hormat, Sombah – Marsanina
Ningon Pakkei, Manat – Marboru Ningon Elek, Pakkei”.
3.
Batak Karo. Rakut Sitelu : “Nembah Man Kalimbubu – Mehamat Man Sembuyak – Nami-nami Man Anak Beru”.
4.
Batak Pak-pak. Daliken Sitelu : “Sembah Merkula-kula – Manat Merdengan Tubuh
– Elek Marberru”.
“Jambar ” , Hak dalam acara suku Bangsa
Batak
Dalam kultur suku
Bangsa Batak dikenal ada 3 (tiga) macam Jambar
atau Hak dalam acara adat-istiadat . Ketiga Jambar tersebut yaitu adalah : Jambar
Juhut, Jambar Hata dan Jambar Ulaon.
Adapun perbedaan diantara ketiga Jambar diatas adalah sebagai berikut :
1.
Jambar
Juhut
Jambar Juhut adalah hak untuk mendapat
bagian atas hewan sembelihan pada acara adat yang sedang berlangsung atau
sedang diikuti seseorang dengan suku Bangsa Batak.
2.
Jambar
Hata
Jambar Hata adalah hak untuk berbicara.
Berbicara pada acara adat-istiadat juga acara kekeluargaan yang bersifat
formal.
3.
Jambar
Ulaon
Jambar Ulaon adalah hak untuk mendapat peran maupun tugas dalam pekerjaan publik atau
komunitas (pada acara adat-istiadat suku Bangsa Batak dan juga acara formal
lainnya)..
Makanan khas
Makanan
khas dalam suku Bangsa Batak sudah mengalami modernisasi dan proses perkembangan.
Makanan khas yang dahulunya hanya dapat dirasakan dalam waktu-waktu tertentu
dan atau hanya orang kelas menengah keatas saja yang dapat menikmatinya, kini
menjadi sebuah kekayaan warisan pangan bagi suku Bangsa yang tetap menjaga dan
melestarikannya.
Adapun beberapa macam makanan khas dalam suku Bangsa Batak
adalah sebagai berikut yang dapat direferensikan SibatakJalanJalan untuk
pembaca sekalian : :
1.
Babi Panggang
2.
Daun Ubi Jantung Pisang
3.
Daun Ubi Tumbuk
4.
Dali Ni Horbo atau Susu Kerbau
5.
Dengke Mas Na Niura
6.
Gadong
7.
Ikan Mas Arsik
8.
Itak Gur-gur
9.
Kacang Sihobuk
10. Labar
11. Lapet
12. Manuk
Napinadar
13. Mie
Gomak
14. Natinombur
15. Ombus-ombus
16. Saksang
17. Sambal
tuk-tuk
18. Sasagun
19. Sira
Pege
20. Tanggo-tanggo
21. Terites
atau Pagit-pagit
22. Tipa-tipa
Tahukah
teman-teman pembaca SibatakJalanJalan bahwa Sumatera Utara dikenal sebagai
salah satu provinsi terbesar di Indonesia .
Teman-teman bisa menemukan banyak
tempat wisata disini. Semua hal dengan ragam pesona wisata, mulai dari wisata
alam, budaya, sejarah, dan juga rohani.
Selain
panganan dan kuliner khas yang menggugah lidah teman-teman pembaca
SibatakJalanJalan saat berkunjung ke Sumatera Utara, pesona tempat-tempat
mengagumkan berikut akan menjadi tempat yang cocok untuk dinikmati untuk
berlibur atau sekedar berakhir pekan, berikut tempat-tempat wisata di Sumatera
Utara dari SibatakJalanJalan untuk teman-teman pembaca :
1.
Aek Sijorni
2.
Air Soda Parbubu
3.
Air Terjun Sigura-gura
4.
Air Terjun Silaklak
5.
Air Terjun Sipiso-piso
6.
Air Terjun Sisoma
7.
Air Terjun Telaga Dwi Warna Sibolangit
8.
Bukit Gundaling
9.
Bukit Lawang
10. Cagar
Alam Sibolangit
11. Danau
Lau Kawar
12. Danau
Linting
13. Danau
Siombak
14. Danau
Toba
15. Graha
Santa Maria Annai Velangkanni
16. Gunung
Sibayak
17. Hillpark
Sibolangit/Green Hill City
18. Istana
Maimun
19. Kampung
Keling/Kampung Madras Medan
20. Kebun
Raya Tongkoh
21. Kota
Tarutung
22. Maha
Vihara Adhi Maitreya
23. Masjid
Raya Medan
24. Menara
Air Tirtanadi
25. Monumen
Si Raja Panggabean
26. Panatapan
Hutaginjang
27. Pantai
Binasi
28. Pantai
Batu Gajah
29. Pantai
Lagundri dan Pantai Sorake
30. Pantai
Sindeas
31. Pantai
Pandan
32. Pemandian
Air Panas Sipaholon
33. Pemandian
Air Panas Lehu
34. Penangkaran
Buaya Asam Kumbang
35. Pondok
Wisata Rumah Kapal
36. Pulau
Karang
37. Pulau
Nias
38. Pulau
Samosir
39. Rahmat
International Wildlife Museum & Gallery
40. Rumah
Tjong A Fie
41. Salju
Panas Dolok Tinggi Raja
42. Sampuran
Aek Malakkut
43. Sibiobio
Adventure Park
44. Sipinsur
45. Sopo
Partungkoan
46. Taman
Alam Lumbini
47. Taman
Nasional Gunung Leuser
48. Taman
Wisata Alam Sicike-cike
49. Taman
Wisata Rohani Salib Kasih
50. Tangkahan
51. Tugu
Toga Aritonang
Sekian.
HORASSS ...!!