|
Seorang perempuan dengan balutan kain Ulos, Sumber gambar : Instagram.com |
Adapun variasi dari warisan
yang memiliki makna yang luhur dan penuh sejarah ini, masih tetap teman-teman sibatakjalanjalan.com kembangkan dengan baik selain daripada kegunaan khususnya pada acara adat. Contohnya yang sedang trend saat ini menjadi variasi buah
tangan/souvenir unik.
|
Seorang gadis dengan kain Ulos Batak, Sumber gambar : Instagram.com |
|
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara dengan balutan kain Ulos Batak, Sumber gambar : Instagram.com |
Tentu alasan mengapa sebuah budaya dan atau warisan para
leluhur masih tetap teguh kita pegang adalah karena kita percaya bahwa dengan
apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang memiliki makna pula, memberikan pengilhaman, dan membuat semua hal
yang telah dilakukan menjadi bagian yang berharga.
Ini pula yang menjadi alasan
kita untuk tetap berkeinginan agar penerus kitapun tetap menjaganya.
Begitupun dengan kain Ulos. Bagi masyarakat Batak yang masih tetap menjaga
warisan leluhur ini hingga sekarang memandang Ulos bukan hanya kain berwarna cerah
dan gelap dominan yang mudah memikat mata.
Ya, kegiatan Mangulosi ini adalah
bagian yang ada dari hampir semua ragam acara yang dilakukan masyarakat Batak
pada umumnya.
Mulai dari upacara pernikahan, kelahiran, dan juga duka cita . Kegiatan
Mangulosi atau memberikan Ulos dengan cara dipakaikan langsung oleh pemberi
kepada penerima Ulos .
Pemberian Ulos ini didasari oleh pemikiran para moyang suku
Batak yang percaya dalam 3 (tiga)unsur kehidupan manusia yaitu : Darah,
Nafas
dan Kehangatan
.
Dalam kehangatan ini juga dibagi menjadi 3 (tiga) hal, yaitu : Matahari, Api dan Ulos .
Dan Mangulosi, atau memberikan Ulos
adalah simbol dari memberikan rasa hangat kepada pemakai/penerimanya .
Dan penting teman-teman
pembaca ketahui bahwa daerah permukiman masyarakat suku Bangsa Batak dahulu
sangat banyak ditumbuhi pepohonan dan udaranya pun sangat dingin .
|
Keluarga dengan pakaian ulos lengkap, Sumber gambar : Instagram.com |
Mangulosi pastinya dipandang sesuatu yang sangat patut dilestarikan bukan
teman-teman.
Diharapkan jika seseorang memberi kita sesuatu yang berharga
pastinya kita berharap suatu saat nanti dapat memberikan timbal baliknya atau
kalau bisa lebih dari apa yang pernah diberikan kepada kita.
Namun untuk tradisi Mangulosi tidak
semua orang ternyata dapat memberikan Ulos kepada yang lain.
Ada beberapa tata
cara dan aturan yang harus dipatuhi. Dan yang paling penting dan utama adalah
bahwa adanya aturan nomor urut marga dari nomor urut terkecil pada nomor urut
terbesar maka tradisi Mangulosi dapat dilakukan. Untuk aturan lainnya
teman-teman pembaca SibatakJalanJalan bisa membaca dibawah ini, yaitu adalah
sebagai berikut :
a)
Bahwa dalam kegiatan Mangulosi hanya diberikan kepada kerabat yang berada di bawah pemberi
(dapat dilihat berdasarkan nomor urut dalam Marga atau posisi dalam tingkat
adat) . Contohnya adalah Natoras tu
ianakhon (artinya orangtua kepada anak), Hula-hula kepada Boru, dan sebagainya .
b)
Pemberian jenis Ulos pada saat Mangulosi haruslah tepat kepada
penerimanya . Contohnya adalah jenis Ulos Ragihotang
yang adalah harus diberikan kepada Hela
(menantu laki-laki) .
|
Balutan kain Ulos dengan Modernisasi, Sumber gambar : Instagram.com |
Ok,
sekarang teman-teman SibatakJalanJalan sudah mengetahui setidaknya tujuan dan
makna Ulos kepada siapa dan jenis yang mana .
Sekarang SibatakJalanJalan ingin
menjelaskan lebih detail tentang Ulos ini. Sama seperti kain pada umumnya yang
adalah untuk melindungi tubuh dan menghangatkan pemakainya, maka begitulah
filosofi daripada Mangulosi .
Namun tahukah anda teman-teman pembaca SibatakJalanJalan, bahwa ada
ketentuan-ketentuan jenis Ulos untuk dipakai dan dalam hal apa dan bagaimana
sebuah kain Ulos dapat digunakan.
Hal ini kemudian SibatakJalanJalan rasa menjadi sangat penting diperhatikan agar
kita selaku penerus bangsa tidak kehilangan warisan berharga dari para nenek
dan kakek moyang kita terdahulu, khususnya Bangsa Batak.
|
Pawai dengan pakaian ulos Batak, Sumber gambar : Instagram.com |
Adapun beberapa jenis
Ulos dan cara penggunaannya adalah sebagai berikut :
a)
Siabithonon
yang artinya dipakai pada tubuh sebagai sarung dan atau baju. Jenis Ulos
untuk hal Siabithononadalah Ulos Ragidup, Ulos Sibolang, Ulos Jobit,
dan sebagainya .
b)
Sihadanghononhon
yang artinya jenis Ulos ini digunakan/peletakannya pada bahu pemakai. Adapun
jenis Ulos yang digunakan adalah jenis Ulos
Sirara, Ulos Sumbat, Ulos Bolean, Ulos Mangiring dan lainnya .
c)
Sitalitalihononhon
yang artinya jenis Ulos ini digunakan sebagai pengikat kepala. Adapun jenis
Ulos yang digunakan adalah Ulos Tumtuman,
Ulos Mangiring, Ulos Padang Rusa dan lainnya .
Adapun beberapa jenis Ulos yang mungkin dinyatakan ‘hilang’
adalah untuk jenis Ulos Raja, Ulos Ragi Botik, Ulos Gobar, Ulos Saput (ini
adalah jenis Ulos khusus digunakan sebagai pembungkus jenazah) dan Ulos Sibolang .
SibatakJalanJalan masih
meragukan bahwa jenis Ulos ini benar-benar hilang, hanya saja mungkin kata yang
lebih tepatnya adalah langka . Ya, untuk jenis Ulos yang SibatakJalanJalan
sebutkan diatas sudah mulai langka .
Warisan Budaya
Leluhur dan Tantangan Bagi Pemuda-Pemudi Penerus Bangsa Batak
|
Menenun Ulos dengan tangan, Sumber gambar : Instagram.com |
|
Pengerjaan kain Ulos dengan alat, Sumber gambar : Instagram.com |
Budaya dan era zaman yang semakin modern memberikan
tantangan baru kepada pemuda-pemudi bangsa, khususnya bagi para pemuda dan pemudi
dengan suku Bangsa Batak.
Dimana kita sebagai pemuda/i yang memiliki budi yang
luhur, kini menjadi penanggung jawab warisan budaya kain Ulos. Baik kepada masyarakat
maupun para leluhur yang telah mendahului kita.
Kita, pemuda-pemudi suku Bangsa Batak bisa saja melupakan sejarah dan diri kita
.
Namun benarkah ini menjadi pilihan kita selaku pemuda dan pemudi suku Bangsa
Batak sementara para leluhur sudah menjaga tradisi dan budaya yang telah berlangsung
selama berabad-abad lamanya ?
Ulos bisa saja teman-teman pembaca lihat hanya sebagai sebuah kain penghangat
tubuh saat udara dingin, namun bagi SibatakJalanJalan, SibatakJalanJalan ingin
menekankan seperti pada kalimat awal pembuka artikel ini pada teman-teman
pembaca bahwa Ulos yang kini menjadi warisan budaya kita adalah sebenarnya
sebuah perlambangan kehangatan yang telah mengakar dan diwariskan dari para
leluhur kita hingga sampai kepada anda, para anak.. cucu dan cicitnya.
Untuk itupun SibatakJalanJalan tidak menyalahkan bila
teman-teman kini telah memiliki cara pandang yang berbeda tentang Ulos ini
(baik secara negatif).
Dan alangkah baiknya meskipun sudah tergerus oleh perkembangan zaman namun kita
tetap menjaga dan memberikan penghargaan-penghargaan kepada warisan leluhur yang
bernama kain Ulos Batak .
Mungkin
SibatakJalanJalan perlu menjelaskan beberapa jenis dan Filosofi kain Ulos ya
teman-teman, agar teman-teman pembaca SibatakJalanJalan.com semakin semangat
menjaga warisan budaya suku Bangsa Batak ini ya teman-teman.
Tetap semangat dan jangan lupa untuk SHARE/BAGIKAN dan
SUBSCRIBE/LANGGANAN untuk artikel SibatakJalanJalan.com yang terbaru .
|
Dua remaja dengan kain Ulos, Sumber gambar : Instagram.com |
(Dibaca dengan kurangnya penekanan pengucapan pada huruf
‘n’) Jenis Ulos ini adalah sebuah jenis Ulos yang digunakan sebagai selendang
pada orangtua yang tujuannya hendak melayat orang yang meninggal.
Sebenarnya jenis Ulos ini adalah jenis Ulos yang paling
banyak digunakan dalam acara-acara adat Batak Toba, dan Umumnya pemberian Ulos
ini diberikan dari orang-orang kepada orang-orang yang sedang bersukacita .
1.
Kepada anak yang memasuki rumah baru atau
memiliki rumah baru.
Siapa yang tidak bahagia memiliki rumah baru, dan dalam
budaya Suku Bangsa Batakpun memiliki rumah sebagai tempat tinggal adalah sebuah
kebanggan dari kedua orangtu maupun anak dari keluarga tersebut, dan Ulos Bintang Maratur ini kemudian
diberikan sebagai tanda sukacita orangtua kepada anaknya atas memiliki rumah
barunya.
2.
Kepada keluarga yang selamatan 7 bulan
kehamilan.
Memang pada umunya sukacita ditandai dengan kelahiran
seorang anak ke dunia pada bulan ke 9 kehamilan. Namun bagi keluarga besar suku
Bangsa Batak, kabar mendengar sanak-saudaranya yang sedang mengandung 7 bulan
adalah sebuah kabar yang sangat sukacita, bahwa akan ada anggota keluarga baru
ditengah-tengah suku Bangsa yang besar itu . Adapun Ulos Bintang Maratur diberikan oleh pihak Hula-hula kepada anaknya .
Adapun jenis Ulos
Mangiring digunakan sebagai selendang atau kemudian lebih dikenal dengan Tali-tali . Ulos ini juga dapat
dijadikan sebagai Ulos pemberian dari kakek-nenek kepada seorang cucu yang
lahir agar senantiasa diiringi kelahiran anak seterusnya .
Jenis Ulos ini terdiri dari 5 (lima) bagian pada umumnya dan
ditenun secara terpisah, lalu kemudian disatukan menjadi satu Ulos yang utuh.
Adapun keistimewaan Ulos ini dibagi menjadi beberapa kegunaan, anatara lain :
1.
Dipakai oleh Raja-raja Adat dalam acara sukacita
maupun dukacita dengan cara disandang .
2.
Dipakai oleh Rakyat biasa pada acara pesta
pernikahanau upacara adat lainnya oleh pemilik acara/tuan rumah yang dikenal
juga sebagai Sihabolonon/Hasuhuton .
3.
Pada acara pesta besar dalam acara Marpaniaran (keluarga istri dari
golongan yang disebut Hula-hula) ,
Ulos ini juga dipakai/dililitkan sebagai Kain/Hohophohop oleh keluarga Hasuhuton
(tuan rumah) .
4.
Berfungsi sebagai Ulos Passamot , Ulos yang
diberikan oleh pihak keluarga pengantin perempuan (dikenal dengan Hula-hula)
kepada pihak pengantin laki-laki (yang
dikenal dengan Pangoli) pada acara pernikahan keduanya yang diberikan sebagai
tanda bahwa kedua belah pihak keluarga kini telah sah menjadi keluarga dekat .
Ulos Ragi Hotang
dikenal juga sebagai Ulos Hela .
Kenapa ? Pada saat acara pernikahan antara dua insan manusia, sepasang kekasih
yang akan mengarungi bahtera rumah tangga.
Pemberian Ulos Hela memiliki makna yang filosofis yaitu
sebagai tanda bahwa keluarga kedua orang tua pengantin perempuan telah
menyetujui putrinya dipersunting oleh seorang pria (Hela/menantu) dan biasanya diberikan pula Mandar Hela (Sarung Menantu) yang dimana hal ini dimaknai bahwa
pria/hela/menantu tersebut jangan lagi berlaku seperti dirinya yang pria lajang
dahulu, namun kini sudah harus menjadi orangtua .
Pada zaman dahulu, konon dikatakan bahwa pengguna Ulos Ragi Huting adalah pakaian yang
digunakan oleh gadis-gadis dengan cara dililitkan. Yang menandakan bahwa gadis
tersebut adalah seorang putri Batak Toba yang beradat .
Pada awalnya Ulos ini dipakai pada acara Sukacita dan
Dukacita, namun pada masa kini Ulos ini digunakan pada acara dukacita saja.
Contoh dari penggunaan Ulos Sibolang ini dinyatakan sebagai
simbol dukacita. Yang adalah digunakan sebagai Ulos Saput (pada orang dewasa
yang meninggal namun belum memiliki cucu) juga sebagai Ulos Tujung pada seorang
Janda atau Duda dengan kata lain dalam kondisi ditinggal mati oleh
suaminya/istrinya .
Adapun dipakai oleh orang lain menandakan bahwa yang
bersangkutan adalah keluarga dekat dari orang yang meninggal .
Dipakai sebagai Talitali
dengan motif dan dipakai oleh anak yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan
adalah anak pertama dari Hasuhutan (tuan
rumah) .
|
Pria dan wanita dengan kain Ulos Batak, Sumber gambar : Instagram.com |